Translate

Selasa, 23 Agustus 2011

Mencari Keutamaan


Setiap manusia pasti menginginkan mendapatkan kelebihan yang bisa mengangkat harkat dirinya sebagai manusia. Dalam bidang materi, orang miskin menginginkan menjadi kaya dan yang sudah kaya ingin jauh lebih kaya lagi. Ketika masih bujangan menginginkan pasangan hidup yang akan menjadi tempatnya berbagi suka dan duka. Ketika telah mendapatkannya, mereka menginginkan anak-anak yang lahir dari buah cinta kasih mereka. Ketika masih berdua merasa cukup dengan sebuah motor yang mengantarkan kemanapun mereka pergi, namun ketika dirasa tak lagi bisa memenuhi kebutuhan transportasinya bersama anak-anaknya, mereka ingin memiliki mobil, dan seterusnya. Demikian adalah fitrah/naluri manusia yang normal dan wajar dan membuat kehidupan di dunia ini semakin semarak, berkembang hingga akhir zaman.
Demikian pula dalam bidang spiritual, naluri manusia, siapapun dia, dari bangsa apapun, tinggal di manapun, menganut agama apapun, bahkan atheis sekalipun, pasti mendambakan kelebihan, keutamaan yang akan menjadikannya dihormati, bahkan dipuja-puja orang lain. Mereka juga mendambakan ketenangan dan kebahagiaan hidup.  Hanya cara mereka mendapatkannya berbeda-beda sesuai latar belakang pengetahuan, pengalaman dan lingkungan sekitarnya. 
Bagi orang yang beriman tentu senantiasa mencari kelebihan dan keutamaan pribadinya semata-mata untuk menggapai ridlo Allah swt. dengan jalan meningkatkan kualitas keimanannya, ibadah dan amal shalihnya, sehingga setiap hajat hidupnya di dunia dan di akhirat menjadi selamat sentosa. Bukankah setiap saat kita berdoa untuk diberi kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat serta selamat dari siksa api neraka?1)  
Dalam kitab suci al Quran Allah swt. memerintahkan orang yang beriman untuk bertakwa dan mencari jalan untuk mendekatkan diri kepadaNya.2)   Allah juga berfirman:                                    
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS.3:133).
Pada ayat yang lain, Allah menggunakan kata    سَابِقُوا yang artinya hampir sama dengan ayat di atas 3) . Demikian pula فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ yang berarti berlomba-lomba dalam kebaikan.4)
Jelas bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk berlomba-lomba menempuh jalan kebaikan dan menggapai keutamaan. Lalu bagaimana cara kita mencari keutamaan dalam bingkai syariat Islam? Menurut ajaran Islam, jalan untuk mencari keutamaan (wasilah litaqarrubi ilallah, QS.5:35 di atas) setidaknya ada tiga macam cara: pertama dengan mengerjakan amal shalih, kedua dengan berada di waktu dan tempat yang istimewa, yang ketiga adalah ketika kita bersama dengan orang-orang yang utama.
Mengenai mencari keutamaan dengan jalan amal shalih, dinyatakan dalam banyak riwayat hadits, bagaimana para sahabat Rasulullah saw. senantiasa mencari keutamaan. Seorang di antara mereka bertanya kepada Nabi saw. amal apa yang paling afdhol (utama), maka Nabi saw. menjawab shalat pada waktunya(awal waktu). Ketika ditanya lagi apa amal yang paling utama, beliau mengatakan, berbuat baik kepada kedua orang tua. Ketika ditanya lagi dengan pertanyaan yang sama beliau menjawab jihad di jalan Allah.5)  Akan tetapi pada kesempatan yang lain ketika ditanya hal yang sama beliau menjawab, bahwa yang paling utama adalah beriman kepada Allah, kemudian jihad, dan berikutnya adalah haji yang mabrur.6)    
Mengapa atas satu pertanyaan yang sama Rasulullah saw. menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda? Hal itu memberikan pengertian sebagai berikut:
1.      Setiap orang sangat dianjurkan untuk mencari keutamaan dirinya dengan berbuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ketakwaan kepada Allah swt.
2.      Setiap amal perbuatan itu memiliki keutamaan masing-masing yang sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang mengiringinya.
Pada saat dikumandangkan azan, maka amal yang paling utama adalah segera mengerjakan shalat pada awal waktu, tidak menunda-nunda. Begitupun ketika musim haji tiba, maka amal yang paling utama bagi orang yang mampu adalah menunaikan ibdah haji.  Ketika Negara dalam kondisi perang melawan penjajah, maka amal yang paling utama adalah jihad fi sabilillah.  Namun dalam kondisi perangpun tidak semuanya diwajibkan jihad, karena (antara lain) Allah mengecualikan orang-orang yang menuntut ilmu (QS.9:122). Rasulullah saw juga pernah didatangi seorang pemuda yang mau mendaftarkan diri untuk berjihad, namun ketika beliau mengetahui bahwa pemuda tadi masih mempunyai orang tua yang mungkin tidak ada lagi yang akan merawatnya kalau ditinggal pergi perang, maka beliau memerintahkan pemuda tadi untuk kembali merawat kedua orang tuanya.7)  Demikian pula ketika datang bulan suci Ramadhan, maka amal yang paling utama adalah puasa itu sendiri, yang karena sangat istimewanya, sampai Allah merahasiakan balasan yang akan diberikanNya. “Aku sendiri yang akan membalasnya”, kata Allah.8)
3.      Pada  satu amal  yang sama juga memiliki keutamaannya masing-masing.
Shalat fardhu yang paling utama adalah yang dikerjakan pada awal waktu, seperti pada hadits di atas, namun keutamaan itu didapatkan apabila dikerjakan dengan berjamaah di masjid (bagi laki-laki), bukan dikerjakan seorang diri di dalam kamarnya. Di masjidpun ada tingkat keutamaan masing-masing, yaitu bahwa yang dikerjakan di masjid jami’ atau yang paling banyak jamaahnya adalah yang paling utama.  Begitu pula shalat sunnah, yang paling utama adalah yang dikerjakan di rumah, bukan di masjid. Lebih utama lagi bila dikerjakan sendiri di malam sunyi pada saat orang banyak terlelap mimpi, dengan lama berdirinya (karena banyak membaca ayat suci al Quran)9)   Begitu pula dalam bersedekah, adalah wajar bila orang kaya mengeluarkan sedekah, maka Nabi saw mengatakan, bahwa sedekah yang paling utama, adalah sedekah yang dikeluarkan pada saat sulit, yaitu ketika sebenarnya ia sedang sangat membutuhkan bantuan orang lain, akan tetapi ia lebih memilih untuk mendahulukan kepentingan orang lain.10)    
 Sekarang setelah kita mengetahui bahwa setiap amal itu memiliki keutamaannya masing-masing dan setiap kita juga memiliki potensi untuk beramal sesuai dengan kondisi dan keadaan kita masing-masing, tidakkah kita tergerak untuk meraih setiap keutamaan yang dijanjikan Allah dan RasulNya agar kita menjadi orang yang utama, bahkan istimewa, yang akan mendapatkan segala prioritas dan fasilitas di syurgaNya?
Wallahu a’lam.
WachYu

Referensi:
1)QS. 2: 201
2)QS. 5:35
3)QS. 57:20
4)QS. 2:148/5:48
5) وعن ابن مسعود - رضي الله عنه - ، قال : سألت رَسُول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - أيُّ الأعْمَالِ أفْضَلُ ؟ قَالَ : (( الصَّلاَةُ عَلَى      وَقْتِهَا )) قلتُ : ثُمَّ أيٌّ ؟ قَالَ : (( بِرُّ الوَالِدَيْنِ )) قلتُ : ثُمَّ أيٌّ ؟ قَالَ : (( الجِهَادُ في سَبِيلِ اللهِ )) متفقٌ عَلَيهِ
6) عن أبي هريرة قال : سأل رجل النبي صلى الله عليه و سلم أي الأعمال أفضل قال الإيمان بالله قال ثم ماذا قال ثم الجهاد في سبيل الله قال ثم ماذا قال ثم حج مبرور رواه مسلم
7) عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ، قَالَ : أقبلَ رَجُلٌ إِلَى نَبيِّ الله - صلى الله عليه وسلم - ، فَقَالَ : أُبَايِعُكَ عَلَى الهِجْرَةِ وَالجِهَادِ أَبْتَغي الأجْرَ مِنَ الله تَعَالَى . قَالَ : (( فَهَلْ لَكَ مِنْ وَالِدَيْكَ أحَدٌ حَيٌّ ؟ )) قَالَ : نَعَمْ ، بَلْ كِلاهُمَا . قَالَ : (( فَتَبْتَغي الأجْرَ مِنَ الله تَعَالَى ؟ )) قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : (( فارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ ، فَأحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ ، وهذا لَفْظُ مسلِم
8) وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - ، قَالَ : قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( قَالَ اللهُ - عز وجل - : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام ، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ
9) وعن عبد الرحمن بن عمر قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (اجعلوا من صلاتكم في بيوتكم ولا تتخذوا قبورا (1)) رواه أحمد وأبو داود.
روى أبو داود بإسناد صحيح عن زيد بن ثابت أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (صلاة المرء في بيته أفضل من صلاته في مسجدي هذا، إلا المكتوبة).
) أفضلية طول القيام على كثرة السجود في التطوع: روى الجماعة إلا أبا داود عن المغيرة بن شعبة أنه قال: إن كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ليقوم ويصلي حتى ترم قدماه أو ساقاه، فقال له؟ فيقول: (أفلا أكون عبدا شكورا).
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- سُئِلَ أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « طُولُ الْقِيَامِ ». قِيلَ فَأَىُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ « جُهْدُ الْمُقِلِّ ». قِيلَ فَأَىُّ 10) الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ قَالَ « مَنْ هَجَرَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ ». قِيلَ فَأَىُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ « مَنْ جَاهَدَ الْمُشْرِكِينَ بِمَالِهِ وَنَفْسِهِ ». قِيلَ فَأَىُّ الْقَتْلِ أَشْرَفُ قَالَ « مَنْ أُهْرِيقَ دَمُهُ وَعُقِرَ جَوَادُهُ »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.