Translate

Selasa, 08 November 2011

EKSPEDISI MELINTASI MAUT

Ini kisah nyata sebuah perjalanan membawa misi penting untuk mendapatkan rekomendasi Bupati Kabupaten Seram Bagian Timur yang akan dipergunakan sebagai dasar usul pembentukan pengadilan agama di kabupaten tersebut. Kisah ini terjadi pada bulan Pebruari tahun 2010 dan sudah pernah dipublikasikan melalui situs resmi Badilag.net pada tanggal 16 Februari 2010 . Menariknya,
kisah itu ternyata mendapatkan respon berupa komentar yang begitu banyak dari para pembaca di seluruh Indonesia. Di luar dugaan pula, menurut hasil "audit" admin Badilag.net yang rilis beritanya di situs yang sama pada bulan Januari 2011, kisah tersebut menjadi berita terpopuler kedua selama tahun 2010 dan diklik sebanyak 2992 kali. Kisah itu sengaja  saya muat kembali di blog ini, dengan harapan semoga kisah suka duka tugas di daerah "terpencil" ini dapat menjadi  inspirasi dan motivasi bagi pembaca sekalian.


EKSPEDISI MELINTASI MAUT
“Catatan Perjalanan ke Bula, Kabupaten. Seram Bagian Timur”

Pengadilan Agama Masohi yang berada di Kabupaten Maluku Tengah mempunyai wilayah hokum yang luasnya meliputi tiga kabupaten, yaitu  Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Idealnya, setiap kabupaten atau kota harus ada satu peradilan agama sebagaimana amanat undang-undang (Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, pasal 4 ayat (1)). Namun kenyataannya, setelah beberapa tahun kabupaten pemekaran terbentuk dan lembaga eksekutif telah berjalan normal, tidak serta merta diikuti dengan berdirinya lembaga yudikatif.

Tiadanya lembaga yudikatif di daerah baru paling kurang berdampak pada dua hal, yaitu tidak mampunya pengadilan yang ada melayani kebutuhan hukum masyarakat, dan sebaliknya juga masyarakat yang berada di kabupaten pemekaran tersebut tidak mampu mengadukan masalahnya ke pengadilan agama karena sulitnya transportasi serta besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk sampai ke pengadilan agama. Sebagai gambaran, biaya perjalanan jurusita ke daerah Bula yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat mencapai Rp. 1.135.000,00 belum lagi daerah yang sulit transportasi seperti Seram Bagian Timur dan Pulau Gorom yang berkisar 2-4 juta rupiah sekali jalan. Sayangnya sejak terjadinya pemekaran Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada tahun 2003 sampai saat ini belum terbentuk Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri di dua kabupaten tersebut, padahal tim survey kelayakan dari Mahkamah Agung sudah pernah sampai ke lokasi pada tahun 2006.

Alhamdulillah, dengan adanya Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Ambon No. W24-A/54/OT.00/XII/2009 tanggal 25 Desember 2009 tentang Tim Penggalang Pembentukan Pengadilan Agama di Kabupaten/Kota yang belum ada Pengadilan Agama di Provinsi Maluku, terbukalah kembali harapan terwujudnya Pengadilan Agama di dua kabupaten pemekaran tadi. Dan konsekuensi logis sebagai anggota Tim, maka saya harus berusaha keras membantu, berkoordinasi dan memfasilitasi kebutuhan Tim yang akan menuju ke Bula (ibu kota Seram Bagian Timur) maupun Piru (ibu kota Seram Bagian Barat). Ketika Ketua Pengadilan Tinggi Agama Ambon memerintahkan agar saya mengantarkan ketua Tim (Drs. A.R. Pellu, SH.MH) menuju ke Bula, saya langsung menyambut seperti seorang prajurit yang diperintah komandannya untuk maju ke medan perang, “Siap laksanakan!”

Hari kamis siang, jam 11.00 WIT Ketua Tim bersama seorang anggota yaitu Drs. Samaun Madaul (Panitera muda Pengadilan Agama Ambon) datang ke Masohi dengan menggunakan kapal cepat dari Ambon. Begitu sampai di kantor mereka minta supaya saya mengantar mereka berdua ke Bula siang itu juga, karena tanggal 12 Februari 2010 sudah harus bertemu Bupati Seram Bagian Timur.

Perjalanan ke Bula tidak mudah, karena selain harus melewati jalan berkelok-kelok naik turun pegunungan, juga jauhnya perjalanannya yang harus kami tempuh sekitar 332 Km, Jika tak ada halangan dan perjalanan berlangsung normal, biasanya dengan kendaraan umum akan memakan waktu selama 8 jam. Oleh karena itu saya memutuskan rencana untuk bermalam di Desa Kobisonta, Kecamatan Seram Bagian Utara ketika perjalanan mencapai 60%, dan sisa perjalanan akan dilanjutkan keesokan harinya setelah subuh.
Kami berangkat dari kantor pukul 13.30 WIT dengan menggunakan mobil dinas. Kurang lebih satu jam perjalanan sampailah kami di daerah pegunungan. Mobil mulai naik turun menyusuri jalan berkelok-kelok membentuk huruf S yang bersambung terus menerus tak habis-habis. Tikungan dan belokan pendek-pendek membuat kami pusing dan mual. Saya ingat kata dokter, bahwa obat mabuk perjalanan yang paling efektif adalah tidur. Namun waktu itu kami sulit tidur dan mata kami tidak mau terpejam. Barangkali satu-satunya halangan yang mencegah kami tidur adalah suguhan keindahan panorama alam Taman Nasional Manusela di pulau Seram. Subhanallah, luar biasa maha karya Sang Pencipta.

Sekitar jam 16.30 kami tiba di Desa Wahai, ibukota Kecamatan Seram Bagian Utara. Kami pun istirahat sejenak untuk sekedar melepas kepenatan sembari minum kopi. Ada anggota tim mengusulkan kepada saya agar tidak bermalam di Desa Kobisonta (± 20 Km setelah Desa Wahai) tetapi langsung ke Bula agar bisa sekalian istirahat di penginapan di Bula, toh perjalanan masih kira-kira 4 jam lagi. Saya lalu bertanya kepada sopir saya, Abdullah, tentang kesanggupannya. Abdullah pun menyanggupinya dan memperkirakan jam 22.00 WIT akan sampai di Bula. Karena itu keputusan rencana awal akan bermalam di Desa Kobisonta saya batalkan dan memilih mengikuti pendapat dua orang yang saya percaya lebih mengenal Bula dari pada saya sendiri yang baru pertama kali mau kesana.

Kami sampai di Desa Kobi Sonta sudah maghrib. Kobi Sonta adalah salah satu daerah transmigrasi yang subur dan merupakan lumbung pangan Kabupaten Maluku Tengah. Menjelang masuk dan keluar Kobisonta kami terpesona luasnya areal persawahan dan kebun kelapa sawit. Namun keindahan itu perlahan-lahan sirna ditutupi gelapnya malam tanpa lampu perumahan, apalagi lampu penerang jalan. Hanya jalan di depan mobil yang tersorot lampu saja yang kami lihat.

Mobil melaju kencang melewati jalan yang sepi. Jarang sekali kami berpapasan dengan kendaraan lain. Pada jalan lurus, sopir menambah kecepatan dan tak menduga sama sekali bahwa jalan lurus tadi tenyata tersambung dengan sebuah tikungan tajam seperti huruf U. Sopir kehilangan kendali dan musibah pun terjadi. Mobil meluncur keluar jalur dan kami berteriak “Allahu akbar...Allahu akbar!”. Mobil baru berhenti ketika roda kiri depan terperosok kedalam lubang dan kemudian terguling ke kiri dan jatuh kedalam sebuah sungai dangkal (setinggi ± 1m dan air ± 10 cm) dengan posisi terbalik. Namun Allah menunjukkan kuasaNya. Kami berempat (termasuk sopir) selamat tanpa cidera ataupun terluka. Alhamdulillah Allahu akbar.
Mobil dinas PA Masohi "nyungsep" ke sungai kecil

proses mengangkat
Kami keluar dari mobil disambut gelapnya malam di daerah sepi dan tak ada sinyal untuk alat komunikasi (hp). Alhamdulillah, tak lama kemudian melintas sebuah mobil truk yang mau berhenti menyorotkan lampunya sehingga kami bisa mengambil barang-barang yang tertinggal di dalam mobil. Kurang lebih 30 menit kemudian melintas mobil penumpang yang akan menuju ke Bula. Mereka pun berhenti untuk melihat kondisi kami. Ketua tim memutuskan untuk tinggal menemani saya dan sopir untuk mencari bantuan mengangkat mobil yang terbalik esok hari, dan mengutus Drs. Samaun Madaul melanjutkan perjalanan ke Bula untuk bertemu Bupati Seram Bagian Timur (SBT) guna meminta beliau memperbaharui rekomendasi lokasi hibah lahan untuk dibangun gedung Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri berdampingan di satu lokasi.
Kondisi mobil dinas PA Masohi setelah dikatrol

Ketika anggota tim hendak berangkat, kami hanya bisa menitipkan pesan,”Teruskan perjuangan ini kawan, kaulah andalan kami untuk keberhasilan misi ini, demi terbentuknya Pengadilan Agama Bula di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Semoga Allah menolongmu, memudahkan dan melancarkan urusanmu, serta membuka hati para pejabat di pusat akan perjuangan dan pengorbanan ini. Selamat berjuang kawan, semoga pulang selamat membawa keberhasilan!”
Terlintas sebait doa suci:
“Wahai Tuhan kami tidaklah Engkau ciptakan semua (kejadian) ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, selamatkanlah kami dari api neraka”. (QS:3:191)

1 komentar:

  1. kalaulah perjalanannya lancar2 saja adakah cerita ini menjadi sedemikian fenomenal, ya peristiwa di atas menjadi wasilah untuk hadirnya perjalanan itu ke hadapan kami sehingga lebih menggugah para pemegang kebijakan untuk menghargai pejuangan tim, mudah-mudahan akan menjadi bagian dari sejarah kehidupan anda dan teman-teman, janji Allah SWT "setelah kesulitan akan hadir kemudahan-kemudahan", salam hangat selalu dari kami untuk anda semua,-

    BalasHapus

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.