Translate

Jumat, 09 Desember 2011

Shalat Gerhana


SHALAT GERHANA

Menjelang terjadinya gerhana bulan total tanggal 10 Desember 2011 (bertepatan dengan tanggal 14 Muharram 1432) penulis mencoba untuk mencari tahu di mana masjid di kota tempat tinggal penulis (di kawasan kepulauan wilayah timur Indonesia) yang biasa dilakukan shalat gerhana. Ternyata tak satu pun masjid pernah dipakai untuk melakukan shalat gerhana. Bahkan dalam kesempatan berbincang-bincang dengan salah seorang imam masjid, ternyata sang imam ini pun dengan jujur mengakui belum pernah mengerjakannya sama sekali. Sangat memprihatinkan!
Hal tersebut bisa terjadi kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya tiga hal: pertama, minimnya informasi mengenai kapan akan terjadinya gerhana; kedua, mungkin disebabkan karena ketidaktahuan mereka mengenai tata caranya; ketiga adalah persepsi orang kebanyakan, bahwa yang namanya sunah, jika tidak dikerjakan tidak berdosa, sehingga tidak perlu terlalu mencari ilmunya. Faktor kedua dan ketiga ini sangat mungkin juga disebabkan tidak adanya ustadz/da’i  yang menyampaikan pentingnya shalat gerhana dalam materi khutbah atau ceramahnya.
Memang benar ibadah sunah menurut fikih jika dikerjakan berpahala, namun jika ditinggalkan tidak berdosa. Namun yang tidak boleh diabaikan adalah, bahwa para ulama sepakat, bahwa shalat gerhana itu hukumnya sunnah muakkadah, artinya amal perbuatan yang sangat dianjurkan. Kedudukan hukumnya sebanding dengan shalat sunnah  hari raya.  Kedua, mengerjakan suatu perbuatan sunah dalam rangka untuk  menghidupkan Sunnah Nabi, (apalagi ketika orang banyak meninggalkan atau melupakannya) termasuk orang yang mencintai Nabi SAW, dan siapa yang mencintai Nabi pasti akan bersama beliau di sorga sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut, riwayat Imam At-Turmudzi dan Abu Ya’la:
 ومن أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة

Dasar Hukum
 Hadits yang dijadikan dasar para ulama tentang amalan shalat gerhana adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan banyak perawi hadits lainnya. Shalat gerhana matahari (Kusuf) dan gerhana bulan (Khusuf) lebih utama dikerjakan dengan berjamaah, sebagaimana hadits ini.
عن عائشة قالت : انكسفت الشمس فأمر رسول الله صلى الله عليه و سلم رجلا فنادى أن الصلاة جامعة فاجتمع الناس فصلى بهم رسول الله صلى الله عليه و سلم فكبر ثم قرأ قراءة طويلة ثم كبر فركع ركوعا طويلا مثل قيامه أو أطول ثم رفع رأسه فقال النبي صلى الله عليه و سلم : سمع الله لمن حمده ثم قرأ قراءة طويلة هي أدنى من القيام الأول ثم كبر فركع ركوعا طويلا وهو أدنى من الركوع الأول ثم رفع رأسه فقال : سمع الله لمن حمده ثم كبر فسجد سجودا طويلا وهو أدنى من ركوعه أو أطول ثم كبر فرفع رأسه ثم كبر وسجد ثم كبر فقام فقرأ قراءة طويلة هي أدنى من القراءة الأولى ثم كبر فركع ركوعا طويلا هو أدنى من الركوع الأول ثم رفع رأسه فقال : سمع الله لمن حمده ثم قرأ قراءة طويلة هي أدنلى من القراءة الأولى في القيام الثاني ثم كبر فركع ركوعا طويلا دون الركوع الأول ثم كبر فرفع رأسه فقال : سمع الله لمن حمده ثم كبر فسجد أدنى من سجوده الأول ثم رفع رأسه ثم تشهد ثم سلم وقام فيهم فحمد الله وأثنى عليه ثم قال : ( إن الشمس والقمر لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته ولكنهما آيتان من آيات الله فإن خسف بهما أو بأحدهما فافزعوا إلى الله والصلاة )
Artinya: Dari A’isyah RA beliau berkata: Terjadi gerhana matahari, maka Rasulullah SAW memerintahkan seorang untuk memanggil orang-orang agar shalat berjamaah.Maka ketika telah berkumpul orang-orang, beliau shalat bersama mereka. Beliau bertakbir lalu membaca al-Quran dengan lama, lalu bertakbir dan ruku’ yang hampir sama lamanya dengan berdirinya atau lebih lama, lalu berdiri lagi dengan membaca “sami’allahu liman hamidah” lalu membaca ayat al-Quran lagi yang lebih pendek dari yang pertama. Lalu beliau ruku’ lagi dengan ruku’ yang lebih pendek daripada ruku’ yang  pertama tadi. Kemudian beliau i’tidal yang lamanya hampir sama dengan ruku’nya, lalu bertakbir dan sujud dengan sujud yang hampir sama panjang dari ruku’nya tadi, lalu mengangkat kepalanya dengan bertakbir, lalu sujud lagi. Kemudian beliau bertakbir dan berdiri lagi….. (mengerjakan seperti rakaat pertama). Kemudian beliau duduk bertasyahud dan salam. Lalu beliau berkhutbah di hadapan orang-orang dengan memuji Allah dan bersabda, “ Sesungguhnya terjadinya gerhana itu bukan karena kematian seseorang atau karena hidupnya, tapi keduanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Maka ketika terjadi gerhana, berdoalah kepada Allah dan kerjakan shalat. (HR. Ibnu Hibban).

Tata Cara Shalat Gerhana
Dari hadits di atas dan hadits-hadits lain yang isinya senada, dapat kita simpulkan tata cara shalat gerhana sebagai berikut:
1.      Dilakukan dengan berjamaah di masjid, tanpa azan dan iqamat, sebaiknya jamaah dikomando dengan lafal “Ash-shalatul jami’ah”;
2.      Dimulai pada saat awal gerhana sampai berakhirnya gerhana;
3.      Shalat terdiri dari dua rakaat, namun tiap rakaat dua kali ruku’, dua kali membaca al-Fatihah (dan ayat-ayat al-Qur an) dengan memanjangkan bacaan al-Quran, ruku’ dan sujud;
4.      Bacaan al-Quran dibaca jahr (keras) saat shalat gerhana bulan dan sirr (pelan) ketika shalat gerhana matahari. Ini pendapat jumhur (mayoritas) ulama;
5.       Setelah salam, imam berkhutbah;
6.      Dianjurkan unstuck banyak dzikir, istighfar dan bersedekah.
Isi Khutbah Gerhana
Menurut ahli sejarah, gerhana matahari yang disebut dalam hadits di atas terjadi bertepatan dengan hari meninggalnya putra Nabi Muhammad SAW yang bernama Ibrahim dari istrinya,  Mari'ah al-Qibthiyah ,pada hari Selasa tanggal 10 Rabi’ul Awwal tahun ke-10 hijriyah (menurut Abu Dawud). Kemudian orang-orang mengatakan, bahwa gerhana matahari tersebut terjadi karena meninggalnya Ibrahim.  Usai shalat gerhanaRasulullah SAW berkhutbah membantah anggapan orang-orang dan menerangkan, bahwa gerhana itu adalah fenomena alam yang merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidup atau matinya seseorang. (Bandingkan dengan kepercayaan sebagian masyarakat tradisional di Indonesia yang mempercayai mitos terjadinya gerhana karena ulah raksasa “Bathara Kala”). 
Semoga dengan jalan dilaksanakannya shalat gerhana dan didengarkan khutbah dan penjelasan para khatib yang ahli di bidangnya, Allah SWT senantiasa menjaga kemurnian tauhid umat Islam, khususnya yang terkait dengan fenomena alam ini. Amin.
menurut iptek


Untuk lebih mudahnya, silakan lihat videonya melalui link berikut: http://www.youtube.com/watch?v=mzU_D5rmsrU 
Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.