Translate

Jumat, 24 Agustus 2012

RUKYAT HILAL SYAWAL DI MENARA AL-HUSNA


RUKYAT HILAL SYAWAL DI MENARA AL HUSNA
Para perukyat di Menara Al-Husna
Ada sesuatu yang lain dari biasanya suasana di puncak menara Al Husna, Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang pada sore hari tanggal 18 Agustus 2012 lalu. Terlihat sekelompok orang yang berpakaian necis dan berpeci, sebagian sedang berbincang-bincang, sebagian lagi nampak sedang serius membaca selembar kertas yang dibagikan

Kamis, 23 Agustus 2012

Manajemen Cemburu


MANAJEMEN CEMBURU
Para staf yang kreatif
Modal semangat
Ketika tulisan saya yang berjudul “GARA-GARA PAK DIRJEN” muncul dalam Suara Pembaca Badilag.Net (9/11) serta pendapatkan apresiasi dari Pak Dirjen dan banyak rekan-rekan pembaca, protes yang pertama saya dengar justru dari staf di Pengadilan Agama Masohi sendiri. Para staf yang terdiri dari orang-orang muda yang baru 2-3 tahun menjadi pegawai

TERHINDAR DARI KEMUNAFIKAN


TERHINDAR DARI KEMUNAFIKAN
Saya masih ingat, saat itu awal Agustus 2009, seperti biasa seorang ustadz dari sebuah pondok pesantren di kota saya mengantarkan majalah ke rumah. Beliau menceritakan berbagai macam kegiatan di pesantren yang bertambah banyak. Karena pesantren baru jalan beberapa tahun dan fasilitas sekolah yang apa adanya baru bisa dimanfaatkan terbatas hanya sampai kelas tiga, maka anak-anak kelas empat ke atas di sekolahkan di luar. Padahal sekolah di luar itu lumayan juga jauhnya, sekitar 2 km, sementara transportasi umum belum lancar.

Rabu, 15 Agustus 2012


MENYOAL SAKSI RUKYAT HILAL


Berawal dari kejadian ditolaknya klaim saksi rukyat hilal dari kawasan Cakung, Jakarta Timur (Pondok Pesantren Al Husainiah) yang menyatakan melihat hilal dalam sidang itsbat awal bulan Ramadhan yang dipimpin oleh Menteri Agama bersama perwakilan ormas-ormas Islam tanggal 19 Juli yang lalu,1)  beberapa kalangan yang pro dengan klaim rukyat hilal Cakung tersebut kemudian mempertanyakan mengapa kesaksian mereka ditolak oleh sidang itsbat. Bukankah yang mengaku melihat hilal berjumlah empat orang,