RUKYAT HILAL SYAWAL
DI MENARA AL HUSNA
Para perukyat di Menara Al-Husna |
sebelum
memasuki ruangan di lantai 18 itu, dan sebagian lagi sedang mengamati tiga buah
alat yang nampaknya sengaja diarahkan ke arah barat. Mereka yang hadir di dalam
ruangan tersebut adalah anggota Badan Hisab dan Rukyat Jawa Tengah, perwakilan
MUI dan ormas Islam, Kementrian Agama, Hakim Pengadilan Agama Semarang, beberapa
wartawan media, serta anggota masyakat.
Di atas menara yang tingginya mencapai 99 m itu,
pemandangan ke arah ufuk benar-benar terbentang tanpa ada bangunan ataupun
gunung yang menghalangi. Satu-satunya penghalang untuk bisa melihat hilal yang
sudah diperhitungkan posisi ketinggiannya oleh ilmu hisab adalah awan tebal.
Sebuah teropong bermerek Vixen di pinggir kanan telah disetting membidik
posisi hilal dan mampu mengikuti gerakan hilal secara otomatis hingga turun ke
ufuk. Teropong ini terhubung dengan sebuah infocus yang siap memberi gambaran
seandainya hilal bisa nampak. Sebuah teropong Vixen yang terletak di sebelah
kiri terhubung ke website yang siap menampilkan tayangan secara online
menit-menit penampakan hilal. Sedangkan sebuah teropong yang diletakkan di
bagian tengah ruangan yang sedikit lebih besar dari dua teropong lainnya, sudah
dibidikkan ke posisi awal hilal secara manual.
“Pada tahun 2009 di tempat ini dua orang perukyat pernah
berhasil melihat hilal, dan laporannya dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah
dalam menetapkan tanggal 1 Syawal, sehingga kita berharap semoga malam ini kita
bisa melihat hilal.” Kata Ali Mufid, MA, ketua Pengelola Masjid Agung Jawa
Tengah yang juga mantan Gubernur Jawa Tengah saat menyampaikan kata sambutannya.
Drs. KH. Slamet Hambali, MSI, dosen Ilmu Falak IAIN
Walisongo, Semarang yang menjabat sebagai wakil ketua Badan Hisab dan Rukyat
Jawa Tengah berkesempatan menyampaikan petunjuk teknis mengawali kegiatan
rukyat hilal petang hari itu. “Kita berharap akan bisa melihat hilal nanti,
karena posisi hilal kali ini menurut hisab cukup tinggi, yaitu mencapai 6o
43’ 08,59”, dan lama hilal di atas ufuk akan mencapai 31 menit 18 detik”, kata
Slamet Hambali.
Usai beliau memberikan penjelasan teknis rukyat hilal,
matahari yang masih tinggi di langit barat nampak tinggal separuh karena terbenam di di balik awan tebal. Namun
para perukyat masih optimis dan bersabar tidak beranjak dari tempat duduk
masing-masing, hingga saat maghrib tiba, pukul 17.39.17 WIB matahari yang
sinarnya terang saja tidak nampak sama sekali karena tertutup awan tebal.
Sementara para perukyat sibuk mengamati ufuk barat,
baik secara langsung dengan mata ataupun dengan teropong yang telah disediakan,
tiba-tiba masuk informasi melalui telepon seluler yang menyatakan, bahwa di
daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur para perukyat telah berhasil melihat hilal.
Kegiatan rukyat hilal yang telah
berlangsung selama kurang lebih 20 menitpun kemudian ditutup dengan satu
kesimpulan, bahwa rukyat hilal di menara al-Husna, Masjid Agung Jawa Tengah
pada hari Sabtu, 18 Agustus 2012 tidak berhasil melihat hilal Syawal karena tertutup awan tebal. (WachYu)
Drs.KH. Slamet Hambali,MSI berikan arahan teknis |
Pemandangan lepas ke ufuk barat, sayang awan tebal menghalangi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.