Translate

Jumat, 24 Agustus 2012

RUKYAT HILAL SYAWAL DI MENARA AL-HUSNA


RUKYAT HILAL SYAWAL DI MENARA AL HUSNA
Para perukyat di Menara Al-Husna
Ada sesuatu yang lain dari biasanya suasana di puncak menara Al Husna, Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang pada sore hari tanggal 18 Agustus 2012 lalu. Terlihat sekelompok orang yang berpakaian necis dan berpeci, sebagian sedang berbincang-bincang, sebagian lagi nampak sedang serius membaca selembar kertas yang dibagikan
sebelum memasuki ruangan di lantai 18 itu, dan sebagian lagi sedang mengamati tiga buah alat yang nampaknya sengaja diarahkan ke arah barat. Mereka yang hadir di dalam ruangan tersebut adalah anggota Badan Hisab dan Rukyat Jawa Tengah, perwakilan MUI dan ormas Islam, Kementrian Agama, Hakim Pengadilan Agama Semarang, beberapa wartawan media, serta anggota masyakat.
Di atas menara yang tingginya mencapai 99 m itu, pemandangan ke arah ufuk benar-benar terbentang tanpa ada bangunan ataupun gunung yang menghalangi. Satu-satunya penghalang untuk bisa melihat hilal yang sudah diperhitungkan posisi ketinggiannya oleh ilmu hisab adalah awan tebal. Sebuah teropong bermerek Vixen di pinggir kanan telah disetting membidik posisi hilal dan mampu mengikuti gerakan hilal secara otomatis hingga turun ke ufuk. Teropong ini terhubung dengan sebuah infocus yang siap memberi gambaran seandainya hilal bisa nampak. Sebuah teropong Vixen yang terletak di sebelah kiri terhubung ke website yang siap menampilkan tayangan secara online menit-menit penampakan hilal. Sedangkan sebuah teropong yang diletakkan di bagian tengah ruangan yang sedikit lebih besar dari dua teropong lainnya, sudah dibidikkan ke posisi awal hilal secara manual.
“Pada tahun 2009 di tempat ini dua orang perukyat pernah berhasil melihat hilal, dan laporannya dijadikan sebagai dasar bagi pemerintah dalam menetapkan tanggal 1 Syawal, sehingga kita berharap semoga malam ini kita bisa melihat hilal.” Kata Ali Mufid, MA, ketua Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah yang juga mantan Gubernur Jawa Tengah saat menyampaikan kata sambutannya.
Drs. KH. Slamet Hambali, MSI, dosen Ilmu Falak IAIN Walisongo, Semarang yang menjabat sebagai wakil ketua Badan Hisab dan Rukyat Jawa Tengah berkesempatan menyampaikan petunjuk teknis mengawali kegiatan rukyat hilal petang hari itu. “Kita berharap akan bisa melihat hilal nanti, karena posisi hilal kali ini menurut hisab cukup tinggi, yaitu mencapai 6o 43’ 08,59”, dan lama hilal di atas ufuk akan mencapai 31 menit 18 detik”, kata Slamet Hambali.
Drs.KH. Slamet Hambali,MSI berikan arahan teknis
 Usai beliau memberikan penjelasan teknis rukyat hilal, matahari yang masih tinggi di langit barat nampak tinggal separuh  karena terbenam di di balik awan tebal. Namun para perukyat masih optimis dan bersabar tidak beranjak dari tempat duduk masing-masing, hingga saat maghrib tiba, pukul 17.39.17 WIB matahari yang sinarnya terang saja tidak nampak sama sekali karena tertutup awan tebal.
Pemandangan lepas ke ufuk barat, sayang awan tebal menghalangi
 Sementara para perukyat sibuk mengamati ufuk barat, baik secara langsung dengan mata ataupun dengan teropong yang telah disediakan, tiba-tiba masuk informasi melalui telepon seluler yang menyatakan, bahwa di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur para perukyat telah berhasil melihat hilal. Kegiatan rukyat  hilal yang telah berlangsung selama kurang lebih 20 menitpun kemudian ditutup dengan satu kesimpulan, bahwa rukyat hilal di menara al-Husna, Masjid Agung Jawa Tengah pada hari Sabtu, 18 Agustus 2012 tidak berhasil melihat hilal Syawal karena tertutup awan tebal.  (WachYu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.