Translate

Senin, 14 November 2011

GARA-GARA PAK DIRJEN


Perbincangan pak Dirjen sambil menunggu sarapan pagi di Bandara Pattimura Ambon

Ketika Dirjen Badan Peradilan Agama hendak mengadakan kunjungan kerja ke Pengadilan Agama Tual (Pengadilan Agama yang terletak di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku), beliau berangkat dari Jakarta lewat tengah malam dan sampai di Bandara Pattimura Ambon sekitar jam tujuh pagi tanggal 26 Oktober 2011, hanya sekedar transit menunggu datangnya pesawat dari Tual. Saya datang dari Pengadilan Agama Masohi (Kabupaten Maluku Tengah) karena dipanggil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Ambon untuk turut menyambut kedatangan tamu agung yang “low profile” ini.
Begitu melihat saya datang menyalami beliau di ruang eksekutif Bandara Pattimura, beliau berseloroh “Gara-gara sampeyan pak Wachid, saya harus datang ke Tual”. Memang dari mimik mukanya kelihatan beliau bercanda, tapi mendengar canda seorang Dirjen, tentu menggetarkan hati saya. Saya hanya diam dan tersenyum saja, akan tetapi pikiran ini saya ajak tafakur dan berintrospeksi, apa “kesalahan dan dosa” saya sehingga beliau menyatakan “gara-gara sampeyan”.
Ingatan saya melayang jauh ke tahun 2007, ketika kali pertama berjumpa beliau di Pengadilan Tinggi Agama Ambon, saat itu saya datang mewakili Pengadilan Agama Tual. Tahun itu adalah tahun-tahun awal beliau memperkenalkan sekaligus mengkampanyekan situs Badilag yang baru dibuat tahun 2006, ke seluruh Indonesia. Pak Dirjen dengan didampingi asisten mungil yang selalu diajak berkeliling Indonesia (note book) asyik mempersentasikan dan mempromosikan menu-menu yang ada di situs Badilag.
Mungkin bagi rekan-rekan yang tinggal di wilayah tengah dan barat Indonesia, internet bukan barang baru lagi, bahkan saya yakin di antara pimpinan/pegawai pengadilan agama di kota-kota besar tentu sudah biasa dengan internet yang mudah di akses melalui laptop ataupun telpon seluler. Tapi bagi kami yang bertugas di pelosok timur Indonesia ini, tentu laptop, note book, telpon seluler dengan GPRS, wifi dan sebagainya adalah barang “wah” yang pada tahun 2007 itu, terus terang masih banyak di antara kami yang baru mendengar namanya, tapi belum pernah menyentuhnya. Masalahanya bukan pada barang-barang tersebut, karena bisa saja kantor membelinya dari Jakarta, Surabaya atau Makassar. Akan tetapi, yang menjadi kendala utama adalah jaringan. Kalau tidak salah, tahun 2005 jaringan telpon seluler baru masuk ke Tual, namun jaringan belum bisa untuk internetan karena belum ada GPRS. Sekitar tahun 2006 jaringan internet baru masuk ke Tual, itupun banyak yang belum tahu karena kurangnya promosi dari PT Telkom.
Baru pada sekitar tahun 2007, saya nekat “mencuri jaringan telepon kantor untuk belajar internet. Maksud saya, saat itu adanya hanya telepon kantor yang bisa dipakai untuk internetan. Jadi terpaksa harus bisa menyiasati waktu agar kegiatan belajar internet tidak mengganggu kegiatan kantor. Misalnya, hari-hari libur atau setelah istirahat siang, dimana saat itu biasanya telepon jarang digunakan.
Mulai saat itu saya mengenal situs Badilag.net. Namanya juga situs baru, tentu menu-menunya tidak sebanyak sekarang. “Updating” beritanya saja (mohon maaf) masih seminggu sekali. Tapi membaca situs badilag saat itu merupakan kebanggaan bagi kami. Betapa tidak, berbagai informasi mengenai peradilan agama bisa kami dapatkan langsung dari sumbernya.  Diam-diam (sebelum Pak Dirjen berkunjung ke Ambon) saya sudah mengkampanyekan internet dan situs Badilag kepada teman-teman kantor. Tentu saja sebagai “pencuri yang baik”,  saya juga mengajarkan kepada rekan-rekan supaya pandai-pandai mencuri waktu, jangan sampai kita “dimarahi” Pengadilan Tinggi Agama Ambon gara-gara teleponnya tidak bisa konek ke Pengadilan Agama Tual karena kami pakai untuk internetan.
Saya juga mulai belajar membuat e-mail lalu mengajarkan kepada rekan-rekan supaya mereka mengirim surat/laporan ke Ditjen Badilag melalui e-mail. Alhamdulillah rekan-rekan di Pengadilan Agama Tual bisa menangkap pelajaran praktis yang saya berikan sehingga mereka mulai akrab dengan namanya e-mail. Sekalipun begitu pengiriman surat melalui pos tetap kami lakukan, karena biasanya masih ada yang “marah dan menegur kami kenapa laporan bulanan kami terlambat dikirim.
Nah, pada tahun 2007 ketika Pak Dirjen mempresentasikan website Badilag tadi, Alhamdulillah, saya bisa konek dengan penjelasan beliau, karena memang saya dan teman-teman di Pengadilan Agama Tual sudah merasakan asyiknya menelusuri menu-menu Badilag.net saat itu. Pak Dirjen pada saat beraudiensi sempat menanyakan kepada kami, apakah di daerah kami bisa mengakses internet dan apa kendala-kendala yang dihadapi. Ketika beliau mengetahui bahwa kami dari pojok timur tenggara Indonesia, dari daerah terpencil bisa dan biasa mengakses Badilag.net, beliau sangat mengapresiasi dan menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Pengadilan Agama Tual.
Sejak saat itulah, saya banyak mendengar Pengadilan Agama Tual sering disebut-sebut oleh Pak Dirjen pada berbagai forum nasional. Dugaan saya, bukan maksud Pak Dirjen menyatakan bahwa Pengadilan Agama Tual itu excellent (apalagi saat itu Pengadilan Agama Tual dan Pengadilan Agama lainnya di Maluku belum memiliki website sendiri), akan tetapi nampaknya beliau ingin memotivasi kepada banyak peradilan agama lain di kota-kota besar yang fasilitasinya jauh lebih baik dan lebih memadai dari pada kami yang berada di daerah terpencil agar tidak ketinggalan informasi. Itu saja!
Pada saat Rakernas Akbar tahun 2008 lalu, saya bersama dengan Pak Tamat, Ketua Pengadilan Agama Tual yang baru, kebetulan bertemu dengan Pak Dirjen saat hendak sarapan pagi. Tiba-tiba Pak Dirjen menyapa saya, “Bagaimana Tual? Saya menjawab, Maaf Pak Dirjen, sejak bulan Juli 2008 saya sudah di mutasikan ke Pengadilan Agama Masohi, dan ini Pak Tamat, Ketua Pengadilan Agama Tual yang baru menggantikan saya”. “Wah, sayang tuh, sebentar nanti Pengadilan Agama Tual akan mendapat penghargaan lho, jadi bukan Sampeyan yang terima”, kata Pak Dirjen.
Ternyata Pak Dirjen tidak bercanda, karena siang harinya benar-benar Pengadilan Agama Tual mendapatkan penghargaan dengan kategori Pengadilan Agama yang menggunakan internet untuk menunjang tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Pada Tamat pun maju kedepan menerima hadiah berupa “note book” dari Pak Dirjen.  
Alhamdulillah, saya ikut bersyukur karena dua hal: pertama karena Pengadilan Agama Tual yang berada di daerah terpencil dan sulit transportasinya (saat itu)  mendapatkan penghargaan Dirjen. Sekalipun yang menerima hadiah di forum itu bukan saya, saya tidak peduli, karena dari awal saya tidak ada niat sama sekali untuk mencari hadiah. Bagi saya, pak Dirjen menyebut nama pengadilan Agama Tual -yang selama ini tidak pernah diperhitungkan orang- di berbagai forum itu sebenarnya sudah merupakan penghargaan yang luar biasa. Ah, yang penting lembaganya, bukan orangnya;  Dan yang kedua, saya bersyukur dan bangga terhadap keseriusan Pak Dirjen mengkampanyekan Teknologi Informasi  demi kemajuan peradilan agama, dan sebagai komitmen dan apresiasinya, beliau juga memberi penghargaan kepada peradilan agama yang merespon positif seruan beliau.
Barangkali karena nama saya sudah begitu dikenal oleh Pak Dirjen identik dengan Pengadilan Agama Tual, sehingga waktu bertemu dengan saya di Bandara Pattimura Ambon pagi itupun beliau masih mengaitkan saya dengan Pengadilan Agama Tual. “Gara-gara Sampeyan Pak Wachid, saya harus ke Tual!”  Saya saat itu hanya diam dan senyum-senyum saja karena sedang introspeksi. Akan tetapi setelah saya mendapatkan kembali seluruh memori tersebut di atas, saya justru ingin mengatakan, bahwa  gara-gara Pak Dirjen yang sering “menjual” Pengadilan Agama Tual di berbagai forum nasional, PA Tual jadi terkenal di seluruh Indonesia. (Salah satu contoh apresiasi yang paling aktual adalah berita yang dimuat Badilag berikut: http://badilag.net/component/content/article/315-berita-kegiatan/8759-pa-tual-dari-pojok-indonesia-mengharumkan-peradilan-agama-2710.html. Lihat, betapa prestisiusnya judul berita yang dimuat di situs Badilag.net tersebut).  Sekarang ini, dimana semua peradilan agama sudah akrab dengan Teknologi Informasi, mempunyai website sendiri, bahkan mendapatkan apresiasi luar biasa dari dalam dan luar negeri, saya kira semua warga peradilan agama di seantero Indonesia akan sepakat dengan saya untuk menyatakan dengan bangga, bahwa semua ini GARA-GARA PAK DIRJEN!


Catatan:
Tulisan saya ini pernah dimuat di SUARA PEMBACA di situs BADILAG.NET pada Rabu, 09 November 2011, dan berikut ini komentar para pembaca yang saya copy hari Juamat, 2 Desember 2011:


# Masrinedi-PA.Painan 2011-11-09 03:26
Selamat buat bapak Wachid Yunarto atas kisah pengalamannya dan perjuangan memajukan TI di PA Tual sehingga memang secara fakta PA.Tual menjadi terkenal di seluruh Indonesia dan mendapatkan penghargaan khusus dari Pak Dirjen. Tentunya kita bersyukur kepada Allah SWT atas kemajuan TI Badilag yang secara nasional sudah bagus pengelolaannya walaupun masih banyak yang akan diperbaiki dengan berjalannya waktu. Semoga semangat Pak Dirjen terus bergelora dan dapat kita teladani di dalam memajukan Badilag dalam segala bidang termasuk TI-nya. Amiiin !!!


# DJABIR SASOLE PA TRNT 2011-11-09 16:58
Yang jelas Pak Wachid sudah banyak berbuat untuk Maluku secara khusus dan Peradilan Agama secara umum ; juga sudah banyak memberikan kontribusi pada pembinaan SDM di setiap t4 tugas bpk. Sebagai putra Maluku, secara pribadi - mungkin bisa mewakili rekan-rakan dan saudara2 saya - mengucapkan banyak terima kasih. Semoga setiap pengabdian bpk bernilai ibdah di sisiNya, dan semoga konsistensi bpk tidak luntur di t4 tugas yang lebih maju. Selamat menanti SK untuk ke tanah Jawa....


# Diana Evrina-PA. P.Siantar 2011-11-09 17:47
sangat sepakat dengan pak Wachid Yunarto untuk menyatakan dengan bangga, bahwa semua ini GARA-GARA PAK DIRJEN! Selamat untuk PA Tual yang telah mendapat apresiasi terbaik. Semoga langkah maju dan semangat mengembangkan Tehnologi Informosi dari pak Dirjen badilag akan selalu membawa Peradilan Agama menuju peradilan yang agung.


# Wahyu Widiana 2011-11-09 18:41
Bukanlah, Pak Wachid, kemajuan peradilan agama di bidang Teknologi Informasi ini bukan hanya "gara-gara Pak Dirjen", tapi gara-gara kita semua warga peradilan agama se Indonesia.
Benar, saya ke Tual (yang dibalik jadi Laut, karena berlokasi di tengah laut) itu karena ingin melihat seperti apa keadaan PA Tual dan kotanya. Saya sangat mengapresiasi Pak Wachid sebagai mantan KPA Tual dan juga penerusnya, Pak Tamat, dan seluruh jajaran PA Tual yang sudah sejak lama menangkap kebijakan Badilag, bukan saja di bidang TI, tapi juga bidang-bidang pelayanan lainnya.
Saya juga mohon maaf tidak/belum bisa mengunjungi seluruh PA di nusantara ini, terutama yang (maaf) berlokasi di pojokan-pojokan negara ini. Saya melihat semangat PA-PA lainpun kini seperti PA Tual, dalam melakukan upaya pelaksanaan reformasi birokrasi untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Terima kasih Pak Wachid, Pak Tamat dan kawan-kawan di PA Tual. Terima kasih seluruh kawan-kawan, warga peradilan agama se Indonesia. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal ibadah kita kepada Alloh SWT. Amin. (Wahyu Widiana).


# Wachid Yunarto 2011-11-10 18:16
Terima kasih pak Dirjen sudah berkenan memberikan apresiasinya secara langsung kepada kami. Jazakumullahu khairan katsira. Ini juga merupakan tambahan "gizi" bagi kami untuk lebih semangat dan bekerja lebih baik lagi dimana pun kami bertugas. Insya Allah.


# nyong amboina 2011-11-09 18:57
BERSAMA KITA BISA, ... LANJUTKAN !! Motto ini beta kira masih aktual dan up to date meskipun SBY mempopulerkannya lebih 8 tahun yang lalu bersama JK, karena makna yang tekandung di dalamnya lestari. Mas Wachid sampeyanlah yang telah memulai dan juga gara gara pak Dirjen, karena tidak pernah menghasilkan bunyi tepukan takangan dengan mengajunkan sebelah tangan saja.


# Ida Hamidah 2011-11-09 19:37
Salutttt 2 thumb utk IT kita khususnya pak Dirjen


# Hermansyah 2011-11-10 00:39
Saya sangat terkesan dengan tulisan Pak Wachid. Enak dibaca dan mengandung gizi tersendiri.

Oya, kita kemarin ketemu lho sewaktu saya mendampingi Pak Dirjen ke Ambon dan Tual. Salam hangat dari Jakarta. :)


# choliluna achmad 2011-11-10 03:40
tulisan pak wachid bagus, enak dibaca dan isinya, sepakat dg pak hermansyah, bergizi.
salut buat pak wachid.

Sy sepakat dg bagian akhir tulisan pak wachid, meski semua warga peradilan agama berperan, tp kalau gerbong lokomotifnya tdk sprti pak dirjen, saya ragu peradilan agama akan jadi sprti sekarang. pak dirjen adalah legenda hidup peradilan agama, bapak pembaharu/modernisasi peradilan agama. sudah selayaknya jika beliau didaulat sebagai 'Bapak Pembaharu (modernisasi) Peradilan Agama'. bagaimana kawan2?


# Anhar-KPA.Painan 2011-11-10 17:50
Salut dan bangga saya ucapkan sama Pak Dirjen, semoga usaha bapak untuk memajukan Pengadilan Agama di Indonesia sangat susah payah, sehingga untuk contoh pertama bapak bina adalah Pengadilan Agama yang jauh di pelosok daerah terpencil " katanya " padahal daerah Indonesia itu tidak ada yang terpencil lagi asalkan aparatnya ingin maju, berkat Pengadilan Agama Tual bisa, maka Pengadilan Agama diseluruh Indonesia sepeerti sekarang, maju PA seluruh Indonesia, yang saya cemaskan ada satu " adakah aparat yang mau seperti Pak Dirjen ini setelah beliau purna bhakti " semoga ada. Amiiin !


# broer Amran - PA Masohi 2011-11-11 01:06
pak Wachid memang bertangan dingin utk penanganan TI, buktinya adalah prestasi yg beliau ukir ketika menjadi ketua di PA Tual (penghargaan tk. nasional di thn 2008) dan di PA Masohi (penghargaan tk. nasional sbg pengelola website terbaik di thn 2011). Semoga kepiawaian ini dpt beliau implementasikan di PA Semarang nantinya, sekalipun di sana pak Wachid bukanlah decision maker.


# Alimuddin,M.Mataram 2011-11-13 23:16
Walaupun Pak Dirjen selalu menyebut TI sebagai supporting saja, akan tetapi terbukti bahwa Yang bisa menggunakan TI dalam pelaksanaan tugas, ternyata beberapa langkah lebih maju dibanding Yang belum bisa. Maka marilah kita belajar terus, karena tidak ada kata terlambat untuk itu.


# m.Tobri-PA Kuningan 2011-11-14 19:43
selamat kepada Pak Wachid Yunarto, karyanya enak dibaca, dan memberi motivasi kepada kami. perlu dicontoh kreatifnya, disela-sela kesibukan masih bisa menyempatkan membuat artikel yang isinya bisa diacungi jempol, pengalaman pribadi yang menyenangkan, sebagai rasa syukur bisa berkarya dan karyanya diakui dan dihargai oleh kita semua, khususnya Pak Dirjen. selamat dan jangan bosan untuk terus berkarya.


# Ali Hamdi PA. GM 2011-11-22 07:53
Pak Wahid,,,, hebat tulisanya, sebenarnya tidak hanya cocok untuk jadi ketua pa , tapi ketua harian pagi juga bisa, inilah penerus pak dahlan iskan dari PA..


# Bro_Annank 2011-11-23 06:57
Kami sangat salut dengan motivasi dan ke inginan keras pak wachid atas rasa penasarannya akan ilmu - ilmu yang berkaitan dengan TI itu sendiri, walaupun sering kali beliau bertanya kepada sy akan hal - hal yg berkaitan dengan TI, sy selalu menjawab dengan bahasa - bahasa teknis, namun beliau selalu berusaha memahami apa yg sy jelaskan, dan alhamdulillah beliau pun paham.
dan saya sangat sependapat dengan pendapat Nyong Amboina, BERSAMA KITA BISA..... L.A.N.J.U.T.K.A.N.
bravo untuk seluruh peradilan agama di maluku.

                                                                                                       

     

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.