Perbincangan pak Dirjen sambil menunggu sarapan pagi di Bandara Pattimura Ambon |
Ketika Dirjen
Badan Peradilan Agama hendak mengadakan kunjungan kerja ke Pengadilan Agama
Tual (Pengadilan Agama yang terletak di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi
Maluku), beliau berangkat dari Jakarta lewat tengah malam dan sampai di Bandara
Pattimura Ambon sekitar jam tujuh pagi tanggal 26 Oktober 2011, hanya sekedar
transit menunggu datangnya pesawat dari Tual. Saya datang dari Pengadilan Agama
Masohi (Kabupaten Maluku Tengah) karena dipanggil Ketua Pengadilan Tinggi Agama
Ambon untuk turut menyambut kedatangan tamu agung yang “low profile” ini.
Begitu
melihat saya datang menyalami beliau di ruang eksekutif Bandara Pattimura,
beliau berseloroh “Gara-gara sampeyan pak Wachid, saya harus datang ke Tual”. Memang dari mimik mukanya kelihatan beliau bercanda, tapi
mendengar canda seorang Dirjen, tentu menggetarkan hati saya. Saya hanya diam
dan tersenyum saja, akan tetapi pikiran ini saya ajak tafakur dan
berintrospeksi, apa “kesalahan dan
dosa” saya sehingga beliau menyatakan “gara-gara sampeyan”.
Ingatan saya
melayang jauh ke tahun 2007, ketika kali pertama berjumpa beliau di Pengadilan
Tinggi Agama Ambon, saat itu saya datang mewakili Pengadilan Agama Tual. Tahun itu
adalah tahun-tahun awal beliau memperkenalkan sekaligus mengkampanyekan situs
Badilag yang baru dibuat tahun 2006, ke seluruh Indonesia. Pak Dirjen dengan
didampingi asisten mungil yang selalu diajak berkeliling Indonesia (note book) asyik mempersentasikan dan
mempromosikan menu-menu yang ada di situs Badilag.
Mungkin bagi
rekan-rekan yang tinggal di wilayah tengah dan barat Indonesia, internet bukan barang
baru lagi, bahkan saya yakin di antara pimpinan/pegawai pengadilan agama di kota-kota
besar tentu sudah biasa dengan internet yang mudah di akses melalui laptop
ataupun telpon seluler. Tapi bagi kami yang bertugas di pelosok timur Indonesia
ini, tentu laptop, note book, telpon seluler dengan GPRS, wifi
dan sebagainya adalah barang “wah”
yang pada tahun 2007 itu, terus terang masih banyak di antara kami yang baru
mendengar namanya, tapi belum pernah menyentuhnya. Masalahanya bukan pada
barang-barang tersebut, karena bisa saja kantor membelinya dari Jakarta,
Surabaya atau Makassar. Akan tetapi, yang menjadi kendala utama adalah jaringan.
Kalau tidak salah, tahun 2005 jaringan telpon seluler baru masuk ke Tual, namun
jaringan belum bisa untuk internetan karena belum ada GPRS. Sekitar tahun 2006
jaringan internet baru masuk ke Tual, itupun banyak yang belum tahu karena
kurangnya promosi dari PT Telkom.
Baru pada
sekitar tahun 2007, saya nekat “mencuri” jaringan telepon kantor untuk belajar
internet. Maksud saya, saat itu adanya hanya telepon kantor yang bisa dipakai
untuk internetan. Jadi terpaksa harus bisa menyiasati waktu agar kegiatan belajar
internet tidak mengganggu kegiatan kantor. Misalnya, hari-hari libur atau
setelah istirahat siang, dimana saat itu biasanya telepon jarang digunakan.
Mulai saat
itu saya mengenal situs Badilag.net. Namanya juga situs baru, tentu menu-menunya
tidak sebanyak sekarang. “Updating”
beritanya saja (mohon maaf)
masih seminggu sekali. Tapi membaca situs badilag saat itu merupakan kebanggaan
bagi kami. Betapa tidak, berbagai informasi mengenai peradilan agama bisa kami
dapatkan langsung dari sumbernya. Diam-diam
(sebelum Pak Dirjen berkunjung ke Ambon) saya sudah mengkampanyekan internet
dan situs Badilag kepada teman-teman kantor. Tentu saja sebagai “pencuri yang baik”, saya juga mengajarkan
kepada rekan-rekan supaya pandai-pandai mencuri waktu, jangan sampai kita “dimarahi”
Pengadilan Tinggi Agama Ambon gara-gara teleponnya tidak bisa konek ke Pengadilan
Agama Tual karena kami pakai untuk internetan.
Saya juga
mulai belajar membuat e-mail lalu mengajarkan kepada rekan-rekan supaya mereka
mengirim surat/laporan ke Ditjen Badilag melalui e-mail. Alhamdulillah rekan-rekan di
Pengadilan Agama Tual bisa menangkap pelajaran praktis yang saya berikan
sehingga mereka mulai akrab dengan namanya e-mail. Sekalipun begitu pengiriman
surat melalui pos tetap kami lakukan, karena biasanya masih ada yang “marah” dan menegur kami kenapa laporan bulanan kami terlambat dikirim.
Nah, pada
tahun 2007 ketika Pak Dirjen mempresentasikan website Badilag tadi, Alhamdulillah, saya bisa konek
dengan penjelasan beliau, karena memang saya dan teman-teman di Pengadilan
Agama Tual sudah merasakan asyiknya menelusuri menu-menu Badilag.net saat itu.
Pak Dirjen pada saat beraudiensi sempat menanyakan kepada kami, apakah di
daerah kami bisa mengakses internet dan apa kendala-kendala yang dihadapi.
Ketika beliau mengetahui bahwa kami dari pojok timur tenggara Indonesia, dari
daerah terpencil bisa dan biasa mengakses Badilag.net, beliau sangat
mengapresiasi dan menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke Pengadilan Agama
Tual.
Sejak saat
itulah, saya banyak mendengar Pengadilan Agama Tual sering disebut-sebut oleh
Pak Dirjen pada berbagai forum nasional. Dugaan saya, bukan maksud Pak Dirjen
menyatakan bahwa Pengadilan Agama Tual itu excellent (apalagi saat itu
Pengadilan Agama Tual dan Pengadilan Agama lainnya di Maluku belum memiliki website
sendiri), akan tetapi nampaknya beliau ingin memotivasi kepada banyak peradilan
agama lain di kota-kota besar yang fasilitasinya jauh lebih baik dan lebih memadai
dari pada kami yang berada di daerah terpencil agar tidak ketinggalan
informasi. Itu saja!
Pada saat
Rakernas Akbar tahun 2008 lalu, saya bersama dengan Pak Tamat, Ketua Pengadilan
Agama Tual yang baru, kebetulan bertemu dengan Pak Dirjen saat hendak sarapan
pagi. Tiba-tiba Pak Dirjen menyapa saya, “Bagaimana Tual”? Saya
menjawab, “Maaf Pak Dirjen, sejak bulan Juli 2008 saya sudah di mutasikan ke
Pengadilan Agama Masohi, dan ini Pak Tamat, Ketua Pengadilan Agama Tual yang
baru menggantikan saya”. “Wah, sayang tuh, sebentar nanti Pengadilan
Agama Tual akan mendapat penghargaan lho, jadi bukan Sampeyan yang terima”,
kata Pak Dirjen.
Ternyata Pak
Dirjen tidak bercanda, karena siang harinya benar-benar Pengadilan Agama Tual
mendapatkan penghargaan dengan kategori Pengadilan Agama yang menggunakan
internet untuk menunjang tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Pada Tamat pun maju
kedepan menerima hadiah berupa “note
book” dari Pak Dirjen.
Alhamdulillah, saya ikut
bersyukur karena dua hal: pertama karena Pengadilan Agama Tual yang berada di
daerah terpencil dan sulit transportasinya (saat itu) mendapatkan penghargaan Dirjen. Sekalipun
yang menerima hadiah di forum itu bukan saya, saya tidak peduli, karena dari
awal saya tidak ada niat sama sekali untuk mencari hadiah. Bagi saya, pak
Dirjen menyebut nama pengadilan Agama Tual -yang selama ini tidak pernah
diperhitungkan orang- di berbagai forum itu sebenarnya sudah merupakan
penghargaan yang luar biasa. Ah, yang penting lembaganya, bukan orangnya; Dan yang kedua, saya bersyukur dan bangga
terhadap keseriusan Pak Dirjen mengkampanyekan Teknologi Informasi demi kemajuan peradilan agama, dan sebagai
komitmen dan apresiasinya, beliau juga memberi penghargaan kepada peradilan
agama yang merespon positif seruan beliau.
Barangkali
karena nama saya sudah begitu dikenal oleh Pak Dirjen identik dengan Pengadilan
Agama Tual, sehingga waktu bertemu dengan saya di Bandara Pattimura Ambon pagi
itupun beliau masih mengaitkan saya dengan Pengadilan Agama Tual. “Gara-gara Sampeyan
Pak Wachid, saya harus ke Tual!” Saya saat itu hanya diam dan senyum-senyum
saja karena sedang introspeksi. Akan tetapi setelah saya mendapatkan kembali seluruh
memori tersebut di atas, saya justru ingin mengatakan, bahwa gara-gara Pak Dirjen yang sering “menjual”
Pengadilan Agama Tual di berbagai forum nasional, PA Tual jadi terkenal di
seluruh Indonesia. (Salah satu contoh apresiasi yang paling aktual adalah
berita yang dimuat Badilag berikut: http://badilag.net/component/content/article/315-berita-kegiatan/8759-pa-tual-dari-pojok-indonesia-mengharumkan-peradilan-agama-2710.html. Lihat, betapa prestisiusnya judul berita yang
dimuat di situs Badilag.net tersebut). Sekarang ini, dimana semua peradilan agama
sudah akrab dengan Teknologi Informasi, mempunyai website sendiri,
bahkan mendapatkan apresiasi luar biasa dari dalam dan luar negeri, saya kira
semua warga peradilan agama di seantero Indonesia akan sepakat dengan saya
untuk menyatakan dengan bangga, bahwa semua ini GARA-GARA PAK DIRJEN!
Catatan:
Tulisan saya ini pernah dimuat di SUARA PEMBACA di situs BADILAG.NET pada Rabu, 09 November 2011, dan berikut ini komentar para pembaca yang saya copy hari Juamat, 2 Desember 2011:
# Masrinedi-PA.Painan 2011-11-09
03:26
Selamat buat bapak Wachid Yunarto atas kisah pengalamannya
dan perjuangan memajukan TI di PA Tual sehingga memang secara fakta PA.Tual
menjadi terkenal di seluruh Indonesia dan mendapatkan penghargaan khusus dari
Pak Dirjen. Tentunya kita bersyukur kepada Allah SWT atas kemajuan TI Badilag
yang secara nasional sudah bagus pengelolaannya walaupun masih banyak yang akan
diperbaiki dengan berjalannya waktu. Semoga semangat Pak Dirjen terus bergelora
dan dapat kita teladani di dalam memajukan Badilag dalam segala bidang termasuk
TI-nya. Amiiin !!!
# DJABIR SASOLE PA TRNT 2011-11-09
16:58
Yang jelas Pak Wachid sudah banyak berbuat untuk Maluku
secara khusus dan Peradilan Agama secara umum ; juga sudah banyak memberikan
kontribusi pada pembinaan SDM di setiap t4 tugas bpk. Sebagai putra Maluku,
secara pribadi - mungkin bisa mewakili rekan-rakan dan saudara2 saya -
mengucapkan banyak terima kasih. Semoga setiap pengabdian bpk bernilai ibdah di
sisiNya, dan semoga konsistensi bpk tidak luntur di t4 tugas yang lebih maju.
Selamat menanti SK untuk ke tanah Jawa....
# Diana Evrina-PA. P.Siantar
2011-11-09 17:47
sangat sepakat dengan pak Wachid Yunarto untuk menyatakan
dengan bangga, bahwa semua ini GARA-GARA PAK DIRJEN! Selamat untuk PA Tual yang
telah mendapat apresiasi terbaik. Semoga langkah maju dan semangat
mengembangkan Tehnologi Informosi dari pak Dirjen badilag akan selalu membawa
Peradilan Agama menuju peradilan yang agung.
# Wahyu Widiana 2011-11-09 18:41
Bukanlah, Pak Wachid, kemajuan peradilan agama di bidang
Teknologi Informasi ini bukan hanya "gara-gara Pak Dirjen", tapi
gara-gara kita semua warga peradilan agama se Indonesia.
Benar, saya ke Tual (yang dibalik jadi Laut, karena berlokasi di tengah laut) itu karena ingin melihat seperti apa keadaan PA Tual dan kotanya. Saya sangat mengapresiasi Pak Wachid sebagai mantan KPA Tual dan juga penerusnya, Pak Tamat, dan seluruh jajaran PA Tual yang sudah sejak lama menangkap kebijakan Badilag, bukan saja di bidang TI, tapi juga bidang-bidang pelayanan lainnya.
Saya juga mohon maaf tidak/belum bisa mengunjungi seluruh PA di nusantara ini, terutama yang (maaf) berlokasi di pojokan-pojokan negara ini. Saya melihat semangat PA-PA lainpun kini seperti PA Tual, dalam melakukan upaya pelaksanaan reformasi birokrasi untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Terima kasih Pak Wachid, Pak Tamat dan kawan-kawan di PA Tual. Terima kasih seluruh kawan-kawan, warga peradilan agama se Indonesia. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal ibadah kita kepada Alloh SWT. Amin. (Wahyu Widiana).
Benar, saya ke Tual (yang dibalik jadi Laut, karena berlokasi di tengah laut) itu karena ingin melihat seperti apa keadaan PA Tual dan kotanya. Saya sangat mengapresiasi Pak Wachid sebagai mantan KPA Tual dan juga penerusnya, Pak Tamat, dan seluruh jajaran PA Tual yang sudah sejak lama menangkap kebijakan Badilag, bukan saja di bidang TI, tapi juga bidang-bidang pelayanan lainnya.
Saya juga mohon maaf tidak/belum bisa mengunjungi seluruh PA di nusantara ini, terutama yang (maaf) berlokasi di pojokan-pojokan negara ini. Saya melihat semangat PA-PA lainpun kini seperti PA Tual, dalam melakukan upaya pelaksanaan reformasi birokrasi untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Terima kasih Pak Wachid, Pak Tamat dan kawan-kawan di PA Tual. Terima kasih seluruh kawan-kawan, warga peradilan agama se Indonesia. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal ibadah kita kepada Alloh SWT. Amin. (Wahyu Widiana).
# Wachid Yunarto 2011-11-10 18:16
Terima kasih pak Dirjen sudah berkenan memberikan
apresiasinya secara langsung kepada kami. Jazakumullahu khairan katsira. Ini
juga merupakan tambahan "gizi" bagi kami untuk lebih semangat dan
bekerja lebih baik lagi dimana pun kami bertugas. Insya Allah.
# nyong amboina 2011-11-09 18:57
BERSAMA KITA BISA, ... LANJUTKAN !! Motto ini beta kira
masih aktual dan up to date meskipun SBY mempopulerkannya lebih 8 tahun yang
lalu bersama JK, karena makna yang tekandung di dalamnya lestari. Mas Wachid
sampeyanlah yang telah memulai dan juga gara gara pak Dirjen, karena tidak
pernah menghasilkan bunyi tepukan takangan dengan mengajunkan sebelah tangan
saja.
# Ida Hamidah 2011-11-09 19:37
Salutttt 2 thumb utk IT kita khususnya pak Dirjen
# Hermansyah 2011-11-10 00:39
Saya sangat terkesan dengan tulisan Pak Wachid. Enak dibaca
dan mengandung gizi tersendiri.
Oya, kita kemarin ketemu lho sewaktu saya mendampingi Pak Dirjen ke Ambon dan Tual. Salam hangat dari Jakarta. :)
Oya, kita kemarin ketemu lho sewaktu saya mendampingi Pak Dirjen ke Ambon dan Tual. Salam hangat dari Jakarta. :)
# choliluna achmad 2011-11-10 03:40
tulisan pak wachid bagus, enak dibaca dan isinya, sepakat dg
pak hermansyah, bergizi.
salut buat pak wachid.
Sy sepakat dg bagian akhir tulisan pak wachid, meski semua warga peradilan agama berperan, tp kalau gerbong lokomotifnya tdk sprti pak dirjen, saya ragu peradilan agama akan jadi sprti sekarang. pak dirjen adalah legenda hidup peradilan agama, bapak pembaharu/modernisasi peradilan agama. sudah selayaknya jika beliau didaulat sebagai 'Bapak Pembaharu (modernisasi) Peradilan Agama'. bagaimana kawan2?
salut buat pak wachid.
Sy sepakat dg bagian akhir tulisan pak wachid, meski semua warga peradilan agama berperan, tp kalau gerbong lokomotifnya tdk sprti pak dirjen, saya ragu peradilan agama akan jadi sprti sekarang. pak dirjen adalah legenda hidup peradilan agama, bapak pembaharu/modernisasi peradilan agama. sudah selayaknya jika beliau didaulat sebagai 'Bapak Pembaharu (modernisasi) Peradilan Agama'. bagaimana kawan2?
# Anhar-KPA.Painan 2011-11-10 17:50
Salut dan bangga saya ucapkan sama Pak Dirjen, semoga usaha
bapak untuk memajukan Pengadilan Agama di Indonesia sangat susah payah,
sehingga untuk contoh pertama bapak bina adalah Pengadilan Agama yang jauh di
pelosok daerah terpencil " katanya " padahal daerah Indonesia itu
tidak ada yang terpencil lagi asalkan aparatnya ingin maju, berkat Pengadilan
Agama Tual bisa, maka Pengadilan Agama diseluruh Indonesia sepeerti sekarang,
maju PA seluruh Indonesia, yang saya cemaskan ada satu " adakah aparat
yang mau seperti Pak Dirjen ini setelah beliau purna bhakti " semoga ada.
Amiiin !
# broer Amran - PA Masohi 2011-11-11
01:06
pak Wachid memang bertangan dingin utk penanganan TI,
buktinya adalah prestasi yg beliau ukir ketika menjadi ketua di PA Tual
(penghargaan tk. nasional di thn 2008) dan di PA Masohi (penghargaan tk.
nasional sbg pengelola website terbaik di thn 2011). Semoga kepiawaian ini dpt
beliau implementasikan di PA Semarang nantinya, sekalipun di sana pak Wachid
bukanlah decision maker.
# Alimuddin,M.Mataram 2011-11-13
23:16
Walaupun Pak Dirjen selalu menyebut TI sebagai supporting
saja, akan tetapi terbukti bahwa Yang bisa menggunakan TI dalam pelaksanaan
tugas, ternyata beberapa langkah lebih maju dibanding Yang belum bisa. Maka
marilah kita belajar terus, karena tidak ada kata terlambat untuk itu.
# m.Tobri-PA Kuningan 2011-11-14
19:43
selamat kepada Pak Wachid Yunarto, karyanya enak dibaca, dan
memberi motivasi kepada kami. perlu dicontoh kreatifnya, disela-sela kesibukan
masih bisa menyempatkan membuat artikel yang isinya bisa diacungi jempol,
pengalaman pribadi yang menyenangkan, sebagai rasa syukur bisa berkarya dan
karyanya diakui dan dihargai oleh kita semua, khususnya Pak Dirjen. selamat dan
jangan bosan untuk terus berkarya.
# Ali Hamdi PA. GM 2011-11-22 07:53
Pak Wahid,,,, hebat tulisanya, sebenarnya tidak hanya cocok
untuk jadi ketua pa , tapi ketua harian pagi juga bisa, inilah penerus pak
dahlan iskan dari PA..
# Bro_Annank 2011-11-23 06:57
Kami sangat salut dengan motivasi dan ke inginan keras pak
wachid atas rasa penasarannya akan ilmu - ilmu yang berkaitan dengan TI itu
sendiri, walaupun sering kali beliau bertanya kepada sy akan hal - hal yg
berkaitan dengan TI, sy selalu menjawab dengan bahasa - bahasa teknis, namun
beliau selalu berusaha memahami apa yg sy jelaskan, dan alhamdulillah beliau
pun paham.
dan saya sangat sependapat dengan pendapat Nyong Amboina, BERSAMA KITA BISA..... L.A.N.J.U.T.K.A.N.
bravo untuk seluruh peradilan agama di maluku.
dan saya sangat sependapat dengan pendapat Nyong Amboina, BERSAMA KITA BISA..... L.A.N.J.U.T.K.A.N.
bravo untuk seluruh peradilan agama di maluku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.