Masjid Agung Jawa Tengah dilihat dari Menara Asmaul Husna |
Selepas berbagai kesibukan silaturahmi pada hari raya Idul Fitri 1432 H yang lalu,
tepatnya pada tanggal 3 September 2011, saya bersama keluarga menyempatkan diri
untuk berwisata religi di Masjid Agung Jawa Tengah, sebuah masjid yang begitu
arstiktik dan memadukan gaya arsitektur jawa tengah, arab dan spanyol. Masjid
ini berada di Jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa
Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Masjid fenomenal yang diresmikan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 November 2006, dengan daya tampung
sekitar 15.000 orang. Masjid ini juga
merupakan wahana obyek wisata terpadu antara pendidikan, histori, budaya, dan pusat aktivitas syiar Islam. Lihat saja
ornamen pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal,
untu walang, kawung, dan parang-parangan. Bangunan utamanya beratapkan kubah besar, dilengkapi di bagian luarnya
empat menara yang runcing menjulang ke langit.
Halaman Masjid Agung dengan payung hidroliknya |
Pada halaman masjid ada enam payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan
menutup secara otomatis, mengadopsi dari Masjid Nabawi di Kota Madinah. Ketika
payung di halaman masjid dikembangkan, maka akan dapat menampung jamaah lebih
banyak lagi, setidaknya lebih separuh dari kapasitas masjid. Sayangnya pada
saat kami kesana, cuaca musim kemarau yang amat panas, payung raksasa ini tidak
sedang dibuka.Pada dinding-dinding dalam maupun halaman masjid tertera
kaligrafi yang terukir indah.
Begitu pula ornamen-ornamen bernuansa arsitektur
Spanyol turut menghiasi beberapa bagian
dalam maupun halaman masjid.
Yang paling
istimewa (setidaknya menurut kami) adalah dari masjid ini adalah Menara Asmaul
Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang berdiri megah pada
pojok barat daya masjid ini terdiri dari 19 lantai. Untuk sampai ke puncak
menara, pengunjung harus menaiki lift dengan membayar Rp 5000,00 (saya
tidak sempat menanyakan, apakah harga tiket itu tetap untuk hari-hari lain,
atau khusus lebaran). Di menara ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan Kota
Semarang termasuk lalu lalang kapal yang melintas maupun berlabuh di Pelabuhan
Tanjung Emas melalui teropong pandang yang tersedia. Ternyata di puncak menara
juga terdapat teropong khusus yang dihubungkan dengan peralatan computer yang
digunakan untuk kegiatan rukyatul hilal (melihat bulan sabit awal Ramadhan dan
Syawal). Sayang kami tidak boleh memasuki ruangan itu (mungkin karena belum
minta izin khusus).
Anak-anak penulis di lantai 19 Menara Asmaul Husna |
Turun satu
lantai, tepatnya di lantai 18 juga terdapati Cafe Muslim. Yang menarik, konon katanya
lantai kafe itu bisa berputar 360 derajat selama 15 menit sehingga Anda bisa
menikmati ragam pesona Kota Semarang dari ketinggian sembari menyantap makanan.
(sayang juga kami tak sempat masuk karena kami lihat antrian untuk masuk lift naik
dan turun saat itu begitu panjangnya, sehingga saya khawatir setelah sampai di
lantai 18 harus lama menunggu lift singgah dulu baru turun. Atau terpaksa harus
naik tangga ke lantai 19 dan antri paling belakang lagi, padahal waktu sudah
sore sementara perjalanan lanjutan masih jauh, khawatir kemalaman).
Pada lantai dua dan tiga menara ini terdapat ruang museum. Didalamnya digambarkan secara singkat sejarah masuknya islam ke tanah jawa yang Nampak dari berbagai benda peninggalan sejarah masa lalu. Memang tidak sekomplit museum Rangawarsita misalnya karena keterbatasan ruangan yang ada, namun cukup menarik untuk dilihat, dinikmati dan dipelajari. Sayang sekali, mungkin kurang informasi atau apa saya tidak tahu, pengunjung museum ini (paling tidak ketika kami datang, tanggal 3 Sptember 2011), masih amat kurang.
Penulis & keluarga |
Untuk memasuki area masjid indah ini sama sekali tidak dikenakan biaya. Silakan menikmati eksotisme masjid kebanggaan masyarakat Jawa Tengah ini dengan menjelajahi setiap sudutnya. Kita akan melewati gerbang megah bernama Al Qanathir. Pintu gerbang itu memiliki 25 tiang sebagai simbolisasi jumlah nabi dalam Islam sebagai pembimbing umat. Pada pintu gerbang, terdapat ukiran kaligrafi Iafaz dua kalimat syahadat. Bagi para pencinta seni, jangan lupa siapkan kamera yang bagus ya! (Jangan seperti penulis yang belum punya, hehehe.) Selamat berwisata religi.
Ketika saya disini terasa sejuk dan tentram, Obyek Wisata Religi ini sungguh pengen kembali lagi ke Masjid Agung Jawa Tengah ini.
BalasHapus