Translate

Sabtu, 24 September 2011

ORANG-ORANG ISTIMEWA



Setelah membahas keutamaan dan keistimewaan yang ada pada amal ibadah tertentu (lihat artikel “Mencari Keutamaan”) dan  waktu dan tempat tertentu yang memiliki keutamaan (artikel “Tempat dan Waktu Istimewa”), maka dalam tulisan ini penulis ingin menyampaikan, bahwa di antara kita ada juga orang-orang tertentu yang diberi keutamaan dan keistimewaan tertentu.
Menurut ajaran Islam, ada orang-orang tertentu yang mendapat  derajat keutamaan dan keistimewaan  tertentu dari Allah SWT. yang apabila kita bersama dengan mereka, menjadi seperti mereka, termasuk golongan mereka atau mencintai mereka, niscaya kita pun akan mendapat keutamaan dan keistimewaan di hadapan Allah SWT. Mereka itu ialah:
1.    Para Nabi dan  Rasul
Golongan pertama ini sudah pasti istimewa, karena merekalah yang menjadi perantara turunnya firman Allah sekaligus menjadi contoh riil bagaimana mengamalkan petunjuk Allah dalam kehidupan sehari-hari. Keimanan seseorang kepada Allah, sang Pencipta alam semesta ini tidak akan benar jika tidak beriman kepada mereka para Nabi dan  Rasul pembawa risalah ilahiyah.  Ketaatan kepada  Rasul menjadi bagian dari ketaatan kepada Allah (QS.4:80), dan durhaka/menentang/memusuhi mereka berarti menentang dan memusuhi Allah, sehingga diancam dengan api neraka (QS.4:14; 2:98; 8:27). Kita dilarang beriman kepada sebagian  Rasul dan mengingkari sebagian yang lain (QS.4:150-151). Mencintai Allah pun harus dengan cara mengikuti, meneladani dan mencintai  Rasulullah.(QS.3:31). Ketaatan kepada  Rasulullah tidak dibatasi oleh waktu semasa beliau masih hidup, tetapi selamanya, yang diwujudkan dengan mengamalkan sunnah/ajarannya. Hal inilah yang akan menjadikan kita memperoleh keutamaan karena digolongkan kedalam golongan para Nabi  (QS.4:69).

2.    Para Auliya’ (wali-wali Allah)
Wali (bahasa Arab, jamaknya auliya’) artinya yang menolong, melindungi, mengurus, mencintai, atau teman dekat.  Orang muslim beriman, bahwa Allah Ta’ala mempunyai wali-wali dari hamba-hamba yang dipilihNya, menjadikan mereka taat kepadaNya, memuliakan mereka dengan cintaNya, dan memberikan karomah (kemuliaan)Nya kepada mereka. Allah adalah wali bagi mereka, dan merekapun wali-wali Allah. Mereka melaksanakan semua perintah Allah dengan penuh ketaatan dan meninggalkan semua laranganNya dengan penuh keikhlasan. Mereka memerintah dengan perintahNya dan melarang dengan laranganNya.  Mereka mencintai dengan cintaNya dan marah dengan murkaNya.
Semua orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah sebenarnya termasuk wali-wali Allah, hanya saja tingkatan mereka berbeda-beda tergantung dari kadar iman dan takwanya.  Allah berfirman, “Sesungguhnyawali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka itulah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka kabar gembira di kehidupan dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan pada kalimat-kalimat (janji-janji) Allah, yang demikian itulah kemenangan yang besar”. (QS.10:62-64). Pada beberapa ayat lainnya Allah menggambarkan kedudukan wali-waliNya itu, misalnya pada  QS.2:257; 7:196; 12:24; 3:37; 19:24-26; 18:9-12.
 Rasulullah SAW juga menceritakan kedudukan wali-wali Allah itu dalam banyak riwayat hadits, antara lain:
عن أبي هريرة - رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُول الله  صلى الله عليه وسلم  : إنَّ الله تَعَالَى قَالَ : مَنْ عادى لي وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بالحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدي بشَيءٍ أَحَبَّ إلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إلَيَّ بالنَّوافِلِ حَتَّى أحِبَّهُ ، فَإذَا أَحبَبتُهُ كُنْتُ سَمعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشي بِهَا ، وَإنْ سَأَلَني أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ . رواه البخاري   
a.      Sabda Nabi SAW,”Siapa yang memusuhi wali-Ku, Aku umumkan perang kepadanya. Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku dengan suatu amal yang paling Aku sukai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidak henti-hentinya hambaKu mendekat kepadaKu dengan amal-amal sunat hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku akan jadi telinganya yang dengannya ia mendengar, jadi tangannya yang dengannya ia berbuat, jadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Dan bila ia meminta pasti Aku beri, jika ia meminta perlindunngan, pasti Aku lindungi. (HR. Bukhari)

b.      Sabda Nabi SAW, “Seseorang wanita menyusui anaknya, kemudian ia melihat seorang lelaki mengendarai kuda yang bagus, maka iapun berkata,’Ya Allah, jadikan anakku seperti orang itu’. Kemudian anak yang disusuinya menoleh kepadanya dan berkata,’Ya Allah, jangan jadikan aku seperti ia.” (HR. Muttafaqun alaih). Hal itu karomah yang diberikan Allah kepada bayi itu sehingga bisa berbicara dan mengingatkan orang tuanya.

c.       Sabda Nabi SAW. tentang seorang ahli ibadah yang bernama Juraij yang karena tidak menyahut panggilan ibunya, maka ia didoakan ibunya agar digoda pelacur. Allah mengabulkan doa ibunya sebagai karomah-Nya kepada ibunya. Ketika pelacur itu mengaku bahwa bayi haram yang dilahirkannya itu sebagai anak Juraij, maka Juaraij bertanya kepada bayi itu siapa ayahnya, maka Allah memberi karomah kepada Juraij sehingga bayi itu berkata, bahwa penggembala kambinglah ayahnya. (HR. Bukhari).

d.      Ada pula cerita Nabi SAW tentang seorang anak yang belajar ilmu sihir dan sekaligus juga belajar kepada pendeta. Ketika suatu hari anak itu mendapati binatang yang menghalangi jalan sehingga orang banyak tidak bisa melewatinya, ia menguji ilmunya dan melempar binatang itu dengan menyebut nama Allah sebagaimana diajarkan pendeta, maka binatang itu mati. Ketika raja tahhu bahwa ia telah belajar ilmu kepada pendeta, bukan kepada ahli sihir, maka iapun disiksa dengan berbagai siksaan namun ia tidak mati. Dan ia baru mati yang dengan sebab kematiannya itu penduduk kerajaan menjadi beriman kepada Allah. (HR. Bukhari).

e.       Umar bin Khatthab RA ketika sedang berkhutbah di atas mimbar tiba-tiba berkata,”Hai Sariyah, ke gunung! Hai Sariyah, ke gunung!”  Ketika pasukannya kembali dari perang, maka komandan pasukan menghadap Umar bin Khatthab dan di depan para sahabat yang lain ia menceritakan bahwa ia mendengar suara Umar dan segera memberikan komando agar pasukannya bergerak ke gunung, sehingga berhasil memenangkan peperangan itu.

f.        Khabbab RA ketika ditawan musuh di Mekah, ia makan anggur yang diberi oleh seseorang, padahal di Mekah saat itu tidak ada anggur.   Dan masih banyak lagi riwayat hadits yang menceritakan wali-wali Allah dan karomah mereka, yang sebagian besarnya disebutkan dalam shahih Al Bukhari, kitab sunan yang shahih dan atsar-atsar yang mutawatir (Abubakar Jabir Al Jazairi, Minhajul Muslim).

Wali-wali Allah senantiasa selalu ada sepanjang zaman. Semua wali-wali Allah bisa dikenali dari amaliah mereka yang senantiasa taat kepada Allah dan  RasulNya, selalu berjalan di atas syariatNya. Mereka ini orang-orang yang harus dihormati, diteladani dan diikuti.
Selain mereka ada pula orang-orang yang diberi kehebatan karena mereka memiliki kemampuan di atas manusia umumnya, seperti bisa melayang, berjalan di atas air, bisa meramalkan peristiwa yang akan terjadi, dan sebagainya, namun mereka tidak beriman kepada Allah dan  Rasul-Nya, itulah yang disebut istijraj.  Kemampuannya itu tidak menyebabkan iman kepada Allah,  justru dipergunakannya untuk menyesatkan orang-orang dari jalan Allah. Mereka itu wali-wali setan, yang harus dijauhi.

3.    Para syuhada (orang-orang yang mati syahid)
Orang yang mati syahid itu ada dua macam, yang pertama ialah mereka ini adalah orang yang mati terbunuh dalam perang melawan orang-orang kafir.
Mereka ini mendapat kedudukan istimewa di hadapan Allah SWT sesuai firmanNya:
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُون

Artinya: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS.2:154)

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)

Artinya: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.  Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.  (QS. 3:169-171)

Yang kedua ialah mereka yang mati karena sebab-sebab tertentu yang diserupakan dengan mati syahid sehingga mereka mendapat pahala seperti orang yang mati syahid. Mereka ini antara lain orang-orang yang sebagaimana disebut dalam Hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Atik bahwa Nabi saw bersabda, ”Mati syahid itu ada tujuh macam -selain perang di jalan Allah- yaitu syahid karena penyakit tho’un (pes, wabah penyakit), syahid karena tenggelam, syahid karena lumpuh, syahid karena sakit perut, syahid karena terbakar, orang yang mati karena tertimbun reruntuhan maka ia syahid, perempuan yang mati karena melahirkan maka ia syahid.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai dengan sanad shohih).

4.    Para ulama
Ulama’ bentukan jamak dari ‘alim yang berarti orang yang berilmu. Tentu yang dimaksud dengan ilmu disini adalah semua ilmu yang menjadikan orang bertakwa kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُور
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS.35:28)
Nabi SAW  juga menunjukkan kedudukan para ulama itu dengan sabdanya:
وعن أَبي الدرداء - رضي الله عنه - ، قَالَ : سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، يقول :
(( مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَبْتَغِي فِيهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريقاً إِلَى الجَنَّةِ، وَإنَّ المَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ العِلْمِ رِضاً بِمَا يَصْنَعُ ، وَإنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ حَتَّى الحيتَانُ في المَاءِ ، وَفضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ عَلَى سَائِرِ الكَوَاكِبِ ، وَإنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأنْبِيَاءِ ، وَإنَّ الأنْبِيَاءَ لَمْ يَوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً وَإنَّمَا وَرَّثُوا العِلْمَ ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ )) . رواه أَبُو داود والترمذي

Dari Abu Darda RA, ia berkata, aku mendengar  Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa yang mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga. Para Malaikat senantiasa merendahkan sayapnya kepada para pencari limu karena senang dengan apa yang diperbuatnya. Sesungguhnya siapa saja yang berada di langit dan di bumi, hingga binatang di laut memohon ampun untuk orang  yang ‘alim (berilmu). Kelebihan orang yang ‘alim di atas ahli ibadah adalah seperti kelebihan rembulan di antara bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para Nabi, karena para Nabi tidak mewariskan kekayaan, tapi mewariskan ilmu. Barang siapa yang bisa memperolehnya, berarti ia telah mengambil bagian yang banyak”. (HR.Abu Dawud dan Turmudzi).
اتبعوا العلماء فإنهم سُرُج الدنيا ومصابيح الآخرة (الديلمى عن أنس)

“Ikutilah para ulama, sesungguhnya mereka itu penerang dunia dan pelita akhirat”. (HR. Ad -Dailami dari Anas, Maktabah Syamilah,  Jami’ al-ahadits Juz 1 hal.:236)
إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا (أحمد ، وابن أبى شيبة ، والبخارى ، ومسلم ، والترمذى ، وابن ماجه عن ابن عمر . الخطيب عن عائشة)

“Sesaungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan serta merta mencabutnya dari hamba-hambaNya, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama. Sehingga ketika tidak ada lagi orang alim, manusia dipimpin oleh para pemimpin yang bodoh, ketika mereka ditanya tentang suatu masalah dan mereka berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Ibnu Majah dari Ibnu Umar, Maktabah Syamilah, Jami’al-Ahadits Juz 8 hal.135)

5.    Orang mukmin yang mendoakan saudaranya
Setiap orang mukmin itu bersaudara (satu akidah). Islam menganjurkan kita untuk memelihara hubungan kekeluargaan dengan saudara kita, baik yang sedarah (nasab), semenda (mushaharah/karena pernikahan), maupun yang seakidah, dengan berbagai macam   perbuatan baik, seperti saling berkunjung, saling memberi hadiah, dan saling mendoakan baik terang-terangan maupun secara diam-diam. Sangat dianjurkan untuk mendoakan kebaikan saudaranya yang lain secara diam-diam, dengan demikian, ia menjadi orang yang istimewa yang dekat di sisi Allah SWT dan doanya diaminkan para malaikat.
 Rasulullah SAW bersabda:
دعاء المرء المسلم مستجاب لأخيه بظهر الغيب عند رأسه ملك موكل به كلما دعا لأخيه بخير قال الملك آمين ولك مثل ذلك (أحمد ، ومسلم ، وابن ماجه عن أبى الدرداء . النسائى ، وأحمد ، والطبرانى ، وابن حبان عن أم الدرداء)

“Doa seorang muslim terhadap saudaranya tanpa diketahui saudaranya (secara diam-diam) dikabulkan Allah. Di atas kepalanya ada malaikat yang selalu menjaganya. Ketika ia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, malaikat berkata amin, semoga kamu mendapatkan kebaikan sebagaimana doamu.” (HR.Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dll.)

6.    Orang tua yang mendoakan anaknya
Setiap orang tua (secara umum memiliki kecenderungan fithri) pasti menginginkan kebaikan bagi anak-anaknya. Tidak ada orang tua yang rasa sayangnya masih ada, yang hatinya tidak tersakiti, menginginkan keburukan menimpa anak-anaknya, hingga seorang pembunuhpun tidak menginginkan anaknya kelak menjadi pembunuh seperti dia. Apalagi orang tua yang shaleh, pasti menghinginkan anak-anaknya menjadi orang yang beriman dan bertakwa. Ketika ia mendoakan anak-anaknya itulah ia menjadi orang istimewa yang dicintai Allah SWT sehingga doanya dikabulkan.  Rasul SAW bersabda:
عن أبي هريرة  : قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( ثلاث دعوات يستجاب لهن . لا شك فيهن دعوة المظلوم ودعوة المسافر ودعوة الوالد لولده ) . قال الشيخ الألباني : حسن

 Dari Abu Hurairah RA,  Rasulullah SAW bersabda,” Ada tiga orang yang doanya pasti dikabulkan Allah: orang yang dizhalimi, musafir, dan orang tua yang mendoakan anaknya”. (Maktanah Syamilah, Sunan Ibn Majah, juz 2, Syekh Albani: hadits hasan)

7.    Musafir, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan. Tentu saja perjalanan yang menjadikan orang itu dicintai Allah, menjadi dekat dengan Allah adalah perjalanan yang menuju kebaikan. Hal itu tidak hanya perjalanan untuk kepentingan ibadah saja seperti haji, tetapi semua urusan dunia pun (mencari ilmu, mencari nafkah, silaturahmi, menjenguk orang sakit, dan lain sebagainya) yang asal hukumnya mubah (boleh) akan bernilai ibadah, jika disertai dengan niat karena Allah. Seorang musafir menjadi orang istimewa yang dekat dengan Allah SWT berdasar hadits di atas, dan juga hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ يَعْنِي مِنْ بَيْتِهِ إِلَّا بِيَدِهِ رَايَتَانِ رَايَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ وَرَايَةٌ بِيَدِ شَيْطَانٍ فَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُحِبُّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ اتَّبَعَهُ الْمَلَكُ بِرَايَتِهِ فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الْمَلَكِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ وَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُسْخِطُ اللَّهَ اتَّبَعَهُ الشَّيْطَانُ بِرَايَتِهِ فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الشَّيْطَانِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ

Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda,”Tidak seorangpun keluar daari rumahnya, kecuali di pintunya ada dua panji-panji, satu di tangan malaikat dan yang satu di tangan setan. Maka jika ia keluar untuk urusan yang disukai Allah, maka ia diiringi malaikat dengan panji-panjinya sampai dia kembali ke rumahnya. Demikian pula jika ia keluar dari rumahnya untuk urusan yang dimurkai Allah, maka dia diiringi setan dengan panji-panjinya hingga dia pulang ke rumahnya”.
(Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, juz 14 hal.41)

8.     Orang yang dizhalimi
Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Adil sangat mencintai orang-orang yang berbuat adil dan membenci orang-orang yang berbuat zhalim. Maka ketika ada seseorang menganiaya orang lain, tindakannya itu menyebabkan Allah membenci orang yang berbuat zhalim dan mencintai serta siap menolong orang yang dizhalimi.
حديث ابْنُ عَبّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بَعَثَ مُعاذًا إِلى الْيَمَنِ فَقالَ: اتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ فَإِنَّها لَيْسَ بَيْنَها وَبَيْنَ اللهِ حِجابٌ أخرجه البخاري

Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi SAW ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau berpesan, ”Hati-hatilah kamu akan doa orang yang teraniaya, karena sungguh tidak ada halangan untuk dikabulkan Allah”. (HR.Bukhari)

9.    Orang yang menjenguk saudaranya yang sakit atau meninggal (takziyah)
Sesungguhnya ajaran Islam telah mewajibkan kita untuk senantiasa menjaga hak orang lain bukan saja pada kehormatan dan hartanya, tapi juga sampai pada hal-hal yang dapat melanggengkan persaudaraan, seperti menjenguk orang sakit dan bertakziyah kepada orang Islam yang meninggal.  Rasulullah SAW bersabda:
حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، يَقُولُ: حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلاَمِ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ، وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
أخرجه البخاري في: 23 كتاب الجنائز: 2 باب الأمر باتباع الجنائز

“Hadits dari Abu Hurairah RA, aku mendengar  Rasulullah SAW bersabda,” Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada lima perkara: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, mendatangi undangan, dan mendoakan orang yang bersin”. (HR. Bukhari).
Menjenguk orang sakit itu merupakan amal utama yang dapat menjadikan orang yang melakukannya mendapat keutamaan di sisi Allah SWT, sebagaimana hadits qudsiy berikut:
قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : (( إنَّ اللهَ - عز وجل - يَقُولُ يَومَ القِيَامَةِ : يَا ابْنَ آدَمَ ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدنِي ! قَالَ : يَا رَبِّ ، كَيْفَ أعُودُكَ وَأنْتَ رَبُّ العَالَمِينَ ؟! قَالَ : أمَا عَلِمْتَ أنَّ عَبْدِي فُلاَناً مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ ! أمَا عَلِمْتَ أنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَني عِنْدَهُ . رواه مسلم .

 Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, Aku sakit tapi kamu tidak mengunjungi  Aku!” Orang bertanya, “Ya Tuhan, bagaimana aku mengunjungiMu padahal Engkau Tuhan semesta alam? Allah menjawab,”Bukankah kamu telah mengetahui, bahwa seorang hambaKu, si Fulan sedang sakit dan kamu tak menjenguknya? Bukankah kamu tahu, seandainya kamu menjenguknya, pasti kamu akan mendapati Aku di sisinya? … (HR. Muslim).

Dalam hadits yang lain beliau SAW bersabda:
وعن عليّ - رضي الله عنه - ، قَالَ : سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، يَقُولُ : (( مَا مِنْ مُسْلِم يَعُودُ مُسْلِماً غُدْوة إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ ألْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِي ، وَإنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ ألْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبحَ ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ في الْجَنَّةِ )) رواه الترمذي ، وقال : (( حديث حسن )) .
(( الخَريفُ )) : الثَّمرُ الْمَخْرُوفُ ، أيْ : الْمُجْتَنَى .

Dari Ali RA ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ketika seorang mukmin mengunjungi saudaranya di waktu pagi, 70.000 malaikat mendoakannya hingga sore hari. Ketika ia mengunjungi saudaranya di waktu sore, 70.000 malaikat mendoakannya hingga pagi hari. Baginya pohon yang rimbun buahnya di sorga. (HR. Turmudzi, hadits hasan)

عن أُم سَلَمة رضي اللهُ عنها ، قالت : قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( إِذَا حَضَرتُمُ المَرِيضَ أَو المَيِّتَ ، فَقُولُوا خَيْراً ، فَإنَّ المَلائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ )) ، قالت: فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سلَمة، أتَيْتُ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - ، فقلت : يَا رسولَ الله ، إنَّ أَبَا سَلَمَة قَدْ مَاتَ، قَالَ : (( قُولِي: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلَهُ، وَأعْقِبْنِي مِنْهُ عُقْبى حَسَنَةً )) فقلتُ ، فَأعْقَبنِي اللهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ لِي مِنْهُ : مُحَمَّداً - صلى الله عليه وسلم - . رواه مسلم

Dari Ummu Salamah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “ketika kamu mengunjungi orang sakit atau jenazah, maka katakanlah hal-hal yang baik, karena sungguh para malaikat mengaminkan apa yang kamu katakan”. Ummu Salamah berkata, “ketika Abu Salamah meninggal, Nabi SAW mendatangiku, maka aku berkata,’wahai Rasulullah, sungguh Abu Salamah telah meninggal.’ Maka beliau bersabda, “Berdoalah, ‘ Ya Allah ampunilah aku dan dia, dan berilah aku pengganti yang lebih baik darinya’. Maka setalah aku berdoa Allah member aku ganti yang lebih baik dari Abu Salamah, yakni Muhammad SAW. (HR. Muslim).

Dari hadits-hadits di atas kita dapati pelajaran, bahwa sebenarnya untuk bertemu dengan orang-orang yang istimewa tidaklah sulit, bahkan untuk menjadi salah seorang yang istimewapun telah dimudahkan dengan syariat-Nya. Amal perbuatan yang nampaknya sangat remeh dan mudah dilakukanpun terkadang bisa menaikkan derajat seseorang menjadi orang istimewa, akan tetapi itu semua pasti perlu keikhlasan, karena tanpa keikhlasan mustahil mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Suci lagi Mulia. Janganlah kita mengira, bahwa untuk menjaadi orang istimewa, berkedudukan dekat dengan Allah SWT itu hanya diperoleh dengan ibadah tertentu yang amat berat dilakukan oleh orang kebanyakan.  Memang kita tidak bisa memungkiri, bahwa ibadah yang istimewa (kualitas dan kuantitasnya) hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang telah dipilih dan diberi-Nya keistimewaan, seperti para Nabi, auliya’ dan ulama.  Dan sudah seharusnya orang yang ibadahnya bagus akhlaknyapun bagus pula (shaleh ritual dan sosialnya). Akan tetapi ada pula orang-orang yang terlihat banyak dan bagus amal ibadahnya kepada Allah, namun yang dilakukannya itu tidak berbuah akhlak yang baik terhadap orang lain, maka banyaknya ibadah itu tidak ada gunanya. Allah SWT telah mengingatkan dengan firman-Nya:
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat riya, 7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. 107:1-7)
Orang-orang yang demikian  di akhirat akan menjadi orang yang bangkrut/merugi. Rasulullah SAW telah mengingatkan hal itu dalam sabdanya:
عن أبي هُريرةَ - رضي الله عنه - : أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( أتدرونَ مَنِ المُفْلِسُ ؟ )) قالوا : المفْلسُ فِينَا مَنْ لا دِرهَمَ لَهُ ولا مَتَاع ، فَقَالَ : (( إنَّ المُفْلسَ مِنْ أُمَّتي مَنْ يأتي يَومَ القيامَةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزَكاةٍ ، ويأتي وقَدْ شَتَمَ هَذَا ، وقَذَفَ هَذَا ، وَأَكَلَ مالَ هَذَا ، وسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وهَذَا مِنْ حَسناتهِ ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُه قَبْل أنْ يُقضى مَا عَلَيهِ ، أُخِذَ منْ خَطَاياهُم فَطُرِحَتْ عَلَيهِ ، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ )) رواه مُسلم .
 Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Apakah kalian tahu siapakah orang yang merugi itu?” Para sahabat menjawab,”Orang yang merugi di  antara kami adalah mereka yang tiada berharta dan tidak pula mendapat kenikmatan hidup”. Kata Rasul SAW,”Orang yang merugi dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat membawa amal shalat, puasa dan zakat, namun ia juga telah mencaci maki, menuduh zina(memfitnah), memakan hak orang lain, membunuh dan menyakiti orang lain. Maka pahala kebaikannya diambil diberikan kepada orang yang dianiayanya. Jika kebaikannya telah habis dan belum mencukupi untuk menutupi kejahatannya, maka keburukan orang yang dianiayanya dilemparkan kepadanya, dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)
Sebaliknya, orang yang kelihatannya hanya mengerjakan amalan yang biasa-biasa saja, terkadang menjadi orang istimewa karena amal ibadahnya yang biasa itu telah membuahkan kesadaran akhlak yang baik terhadap sesamanya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA yang mendengar Rasulullah SAW bersabda:
وعن عائشة رضي الله عنها ، قالت : سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، يقول : ( إنَّ المُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بحُسْنِ خُلُقِه دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ ) رواه أَبُو داود . قال الألباني: صحيح

”Sesungguhnya orang mukmin itu benar-benar dapat mengejar derajat ahli ibadah dengan kebagusan akhlaknya”. (HR. Abu Dawud. Syekh Albany: hadits shahih).  
Wallahu a’lam.

3 komentar:

  1. Ass. Membaca artikel di atas saya ingin bertanya: 1. Meneladani rasul jelas,bagaimana meneladani orang yang dizalimi? 2. Apakah orang yang akhlaqnya baik sekalipun ibadahnya tidak baik itu lebih baik daripada yang sebaliknya? Trims.

    BalasHapus
  2. Ya, banyak orang yang rajin shalat dan mengaji padahal ia rentenir, koruptor, dll. Sementara itu ada pula yang tidak sholat/ibadah/bahkan non muslim tapi akhlaknya baik. Gimana tuh?

    BalasHapus
  3. @Anonim: 1.Rasul mengingatkan kita supaya tidak berlaku zhalim terhadap orang lain (walaupun ia kafir); 2.(@Edy Sasuke juga)Mestinya jika seorang beribadah dengan baik (ikhlas) dan benar (caranya menurut tuntunan rasul)akan berbuah budi (akhlaq) yang baik, jika tidak pasti ada yang salah dalam ibadahnya.Jika orang yang akhlaqnya baik tapi tidak ibadah, maka kebaikannya hanya baik di mata manusia dan tidak ada nilainya di depan Allah.

    BalasHapus

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.